Prihatin....prihatinn......mau sampai kapan???

Tapi saya salut sama petani2 Indonesia yang mampu survive. Walaupun sambil 
'menjerit'...!!

Saya yakin, jika pemimpin kita bukan 'manusia' maka semua akan menjadi 
sempurna....


 
[EMAIL PROTECTED]
GetFreshy



----- Original Message ----
From: agronursery <[EMAIL PROTECTED]>
To: agromania@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, 25 March, 2008 1:56:12 PM
Subject: [agromania] Re: Momentum bangkitkan angrobis khususnya pangan--> Mari 
berubah!

Saay terharu, sedih dan marah membaca psotingan ini. Bukannya marah 
kepada si penulis tapi lebih kepada keadaan yg terjadi sekarang. 
Benar yg anda katakan Pak Mugi sekarang keadaan benar benar 
amburadul. Begitu petani kita mau panen padi dan gula langsung deh 
para pejabat melakukan import gula dan beras. Apa petani gak babak 
belur?
Seharusnya pada saat ini para petani bisa bernafas lega karena harga 
mulai naik, tapi entah kenapa nasib petani tetap terpuruk. 
DI tanah Karo para petani mulai membunuh tanaman jeruk mereka karena 
harga yg tidak menentu sementara harga pupuk naik luar biasa dan 
langka lagi. Kalau mahal sih masih bisa dimengerti, yg gak enaknya 
pupuk pun bisa langka karena diseludupkan atau malah di timbun agar 
harga menlambung. Dan yg lebih parahnya lagi malah pupuknya ada yg 
palsu. Mau bagaimana lagi para petani jeruk. Harga pernah mencapai 
Rp. 700/kg, bagaimana mau untung? Dan sebagian sudah mulai di bunuh 
dan diganti dengan coklat dan tanaman lainnya.
Ketua asosiasi petani karo seorang pria sampai harus melakukan 
protes ke kantor pengadilan dengan memakai pakaian penagntin wanita 
karo. Bayangkan, seorang pria melakukan protes dgn memakai pakaian 
penagntin wanita!. Ini semua terjadi karena beliau hampir putus asa 
menghadapi mafia pupuk di tanah karo. Dulu dia juga pernah melakukan 
protes dengan membawa keranda peti mati ke kegedung pengadilan di 
kabanjahe , karo. Dia protes karena pupuk palsu waktu itu sgt meraja 
lela. Sampai sampai dia menyalami seorang jaksa dan berkata, selamat 
pindah ke daerah baru dan bikin kacau ditempat baru. Sang jaksa 
hanya mesem mesem saja. 
Kemarin saya melihat acar TV di Metro Tv yg mengatakan bahwa Brazil 
sudah mulai memproduksi Bio ethanol dari rumput. Jadi tidak 
membahayakan pangan manusia dan mereka mengekspor nya ke Amerika. 
Amerika terpaksa menaikkan pajak Bea masuk sebesar 100 % untuk 
melindungi produksi nasional Bioethanol mereka karena Bioethanol 
mereka terbuat dari kacang kedelai yg otomatis lebih mahal. Kapan 
kita bisa menciptakan Bioethanol dari rumput? Para ahli kita saya 
rasa sanggup membuat mesinnya. 
Sayangnya sampai sekarang masalah bioethanol masih belum mendapat 
dukungan penuh pemerintah, pemerintah masih ragu untuk menentukan 
pilihan. Atau mereka masih sibuk mengurus pemilu ygs semakind dekat?
Kalau pemerintah memang mendukung proyek bioethanol, seharusnya 
mereka menciptakan bibit unggul untuk jarak pagar, berikan secara 
gratis dan dirikan pabrik Bioethanol agar hasil dari petani ada yg 
menampung. Berikan intensif pajak buat produsen sehingga harga lebih 
bersaing. Juga adakan penelitian seperti di brazil sehingga kita 
bisa membuat bioethanol dari rumput.
Melihat semua ini rasanya ingin saja aku mencalon kan diri dalam 
PILPRES mendatang. Ada yg mau mendukung aku? He he he he ..........

Wassalam,

Rudy Surbakti
Medan
( Calon Presiden dari jalur INDEPENDEN di Republik Mimpi Siang 
Bolong  )

--- In agromania@yahoogroups.com, Mugiono Mugiono <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Moderator dan rekan agromania Yth,
>    
>  Pada akhir-akhir ini bangsa kita telah disibukan dengan adanya 
bencana dimana-mana dan masalah pangan yang seakan menjadi topik 
yang tiada henti. Sawah ladang dihantam bencana, tidak panen, ada 
yang panen harganya jatuh. Harga gabah bahkan ada yang mencapai 
hanya Rp 1.600,00/kg kering panen. Kedelai hingga kini harganya 
terus merambat naik. Ironissnya harga beras dipasar internasional 
mencapai $708.00 (kompas hal. depan berita hari ini). Harga beras 
dipasar-pasar kota kabupaten diJawa juga telah turun. Petani 
disebagian tempat tidak berani menjual gabahnya, akan tetapi bagi 
mereka dihimpit oleh kebutuhan mendesak tiada pilihan lain kecuali 
menjual hasil panennya walaupun harganya rendah. Yang menyedihkan 
beberapa depo logistik (bulog) belum bertindak alias masih menunggu 
bola( kalau tidak mau dikatakan masih main mata dengan tengkulak).
>    
>  Keadaan yang demikian selalu terjadi dan akan terjadi terus. 
Tidakkah kita sebagai bangsa akan selalu egois, tidak berani bersatu 
atau tidak bisa bersatu dan membiarkan bangsa ini menjadi obyek 
pasar bangsa-bangsa lain dengan pujian : "Wah pasar Indonesia 
menjajikan atau potensial" Tidakkah kita perlu mulai menggalang 
kelompok-kelompok kecil dan dilink-kan untuk menjadi besar dan 
syukur bisa ddijadikan jaringan. Tidakkah kita ingat bahwa 
nenekmoyang kita mewariskan budaya musyawarah yang sekarang mulai 
didtinggalkan dengan rasa egoitis dan memilih banyak voting yang 
serasa menjadi sangat liberal dan menjadikan sebagaian dari kita 
menjadi anarkis. 
>  Rekan Agromania yang tercinta, kata-kata tersebut diatas memang 
merupakan sebuah emosional saya sebagai bangsa, sebagai rakyat yang 
terkadang bingung dengan keadaan kita, keadaan Negara ini. Saya yang 
tidak kurang 10 tahun terakhir ikut blusukan(keluar-masuk) didesa-
desa dikalangan petani atau masyarakat yang termaginalkan terkadang 
merasa heran ternyata banyak sebagian dari bangsa ini yang masih 
hanya memikirkan dirinya sendiri, termasuk para pemimpin dan kader 
partay yang katanya ingin memperjuangkan negara. Isu-isu semacam 
jatuhnya harga beras(gabah), melonjaknya harga kedelai masih 
ditangani secara seporadis dan masih menjadi komoditas politik 
belaka. Makin banyak isu dimasyarakat seakan menjadikan partay 
mempunyai ajang empuk untuk membuat aksi. Sangat reaktif dan tidak 
kreatif.
>    
>  Rekan Agromania, bila kita membuat kelompok-kelompok dengan 
sadar dan dengan yakin kita juga membangun sebuah budaya 
beragrobisniss yang membumi, kita akan menjadi bangsa yang 
Kertoraharjo hidup dinegeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi. Sekarang 
kita lagi hidup kekurangan dinegeri yang subur loh jinawi, kurang 
bermartabat, sering dipermainkan oleh negeri-negeri kecil yang tidak 
punya sumber daya apapun. Kita ibarat gajah yang dimainkan oleh 
semut. Gajah yang bingun karena semut yang telah merubung kepalanya.
>  Harga beras internasional yang tinggi seharusnya membuat para 
pengambil keputusan kita langsung mengambil sikap yang strategis 
untuk mencari keuntungan ekonomis bagi bangsanya, bagi negaranya, 
bagi rakyatnya. Tapi apa yang terjadi dilapangan merka masih lirik-
lirikan dengan para tengkulak untuk menjatuhkan rakyatnya(petani) 
supaya tetap mau menjual gabahnya, jagungnya dengan harga yang 
murah. 
>    
>  Dimasa minyak/energi semakin mahal harganya, terjadi 
diversifikasi energi. Baik dengan bioethanol ataupun biosolar. 
Peluang besar didepan mata kita. Didepan bangsa kita. Tapi kenapa 
prktek-praktek penjajahan justru masih diterapkan. Petani suruh 
nanam komoditass tertentu yang hasilnya harus dijual kepada mereka. 
DIberitahu(ditakuti) hasil komoditas itu hnya bisa dibuat .... tidak 
bisa dimakan. Contohnya Singkong. Bibitnya diberi, tapi tidak 
gratis. Pupuk diberi tapi juga tidak gratis. Sama dengan IMF atau 
BANK DUNIA yang katanya membantu tapi tetap mengembalikan dengan 
bunga.  Sekarang petani mau nanam jagung, padi, kedelai dan sekarang 
singkong harus tergantung dengan pabrik(perusahaan). Dalam satu 
periode tertentu tanaman itu disertai dengan jenis petisida 
tertentu, bila sudah ganti maka akan disertai jenis petisida yang 
baru pula. Apakah kita tidak merasa pertanian kita telah dijajah. 
Pasar kita sudah hancur, jenis komoditi(varietas) kita sudah 
didekte, tanah kita
>  sudah mati, lingkungan sudah rusak(terkontaminasi), sebentar lagi 
umur (harapan hidup)kita menjadi makin pendek, dan generasi kita 
akan menjadi semakin bodoh.
>    
>  Budaya kita katanya Adiluhung. Kita selalu mendapat pujian itu. 
Kita merasa bangga sekali.  Tapi sadarkah kita bagaimana 
mempertahankan budaya yang adiluhung itu. Sadarkah kita bagaimana 
membangun budaya yang adiluhung itu. Mudah-mudahan dengan kita bisa 
membangun kelompok-kelompok kecil yang dengan sadar dilandasi  
kepentingan bangsa yang mendasar sesuai citra, karsa bangsa yang 
membumi kita bisa mulai di-perhitungkan. Saya dari kota kecil 
dibagian barat dari Jawa Timur sebelah utara sangat berharap melalui 
agromania kita bisa membangun jaringan bangsa yang ikut memecahkan 
permasalahan pangansehingga tidak banyak rakyat kelaparan atau tidak 
kuat lagi membeli sembako dinegeri yang subur ini. Mari kita bangun 
Pangan kita dengan ongkos produksi yang murah, kwalitas baik, 
kwantitas melimpah dan menjadi pemasok pangan dunia. Amin. Amin. 
Amin.
>    
>  mugi.
>



------------------------------------

DAFTAR JADI ANGGOTA MILIS AGROMANIA:
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Posting Pesan: agromania@yahoogroups.com
Kontak Moderator: [EMAIL PROTECTED]
SMS Moderator: 0811-18-5929

TIPS PENCARIAN DI GOOGLE:  daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis, 
daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori 
agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun, 
taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian, 
makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji, 
kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura, 
sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek, 
minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa, 
durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir 
/ importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen, 
wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan 
bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga, 
pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan,
 kehutanan, agroindustri, agro indonesia.Yahoo! Groups Links




      Get the name you always wanted with the new y7mail email address.
www.yahoo7.com.au/y7mail



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke