Memang benar jarak mempunyai banyak keunggulan sebagai minyak nabati yang dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Namun untuk produksi dengan skala massive membutuhkan lahan yang cukup luas. Produktivitas jarak pun harus dikalkulasi dengan harga yang memadai. Jika perhitungan harga seperti yang sering di wacanakan nampak benar bahwa Nilai tukar yang didapat petani sangat kecil dibandingkan dengan menanam komoditas lainnya. Jika petani hanya selalu dijadikan objek maka lagi-lagi petani tidak punya bargaining position untuk menentukan harga. Di sisi lain jika petani hanya mengandalkan komoditas jarak maka nilai tambah yang dihasilkan akan sangat kecil, karena nilai tambah itu bukan berada pada komoditas tapi ada di tingkat processing. Artinya yang menikmati nilai tambah adalah pabrikan yang memproses biji jarak menjadi minyak berbagai turunan (derivative). Jadi para petani harus kritis, karena Biji jarak kalau tidak diserap perusahaan maka petani tidak dapat menjualnya apalagi menjadikannya sebagai cadangan bahan pangan. Mungkin kita bisa diskusikan lebih lanjut di milis ini mengenai jarak sebagai sumber energi terbarukan, dan dampaknya bagi kesejahteraan petani.
Sebagai contoh komoditas Jagung, sangatlah aneh ketika AS, China dan banyak negara lainnya menghentikan ekspor jagung untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya dengan mengubah zat pati jagung menjadi ethanol sebagai sumber energi terbarukan, di Indonesia petani berteriak karena jatuhnya harga jagung. Sangatlah mengherankan ketika Charoen Phokpand berteriak-teriak kekurangan bahan baku jagung sebagai bahan dasar pakan ternak, namun di Indonesia petani berteriak karena anjloknya harga jagung. Artinya ada anomali ketika demand meningkat, koq harga malah merosot. Apa yang mendistorsi sehingga pada saat kebutuhan jagung meningkat justeru harga di tingkat petani malah anjlok ? Kapankah petani mampu menjadi penentu harga? Tidak akan pernah, selama praktek monopoli ataupun oligopoli dalam praktek pembelian komoditas masih terus berlangsung. Petani dalam posisi lemah dan selalu dikangkangi dalam proses pembentukan harga. Pemerintah turut andil dalam hal ini karena tidak mampu menyanggah harga di tingkat petani. Petani tidak punya akses kepada teknologi yang murah dan tepat guna untuk memproses komoditas menjadi produk olahan yang mempunyai nilai tambah yang tinggi. Apalagi Pemerintah tdak punya program dan strategi yang jelas kemana arah dari kebijakan pembangunan di Bidang Pertanian. --- emil akbar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > --- In agromania@yahoogroups.com, "suhendra lee" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Dear Teman-Teman Agromania, > > > > Saya ingin, berkonsultasi dengan teman-teman yang > sudah pengalaman > > tentang Tanaman Jarak Pagar,... > > > > Bagaiman nich...masa depan Tanaman Jarak kita > ini?...mengigat Minyak > > CPO sudah semakin tinggi, adalah suatu yang tidak > efisien lagi jika > > mengunakan CPO sebagai bahan untuk Biodiesel,... > tapi dilain sisi > > pemerintah semakin mengalakan CPO untuk bahan baku > Biodiesel... > > > > Pemerintah malah seolah-olah melupakan Jarak > sebagai salah satu bahan > > bakar biodiesel yang sudah digunakan sejak Jaman > Penjajah JEPANG!!! > > > > Dari beberapa temen yang saya temui, ada suara > negatif yang > > berpendapat bahwa Jarak tidak cocok untuk > Biodiesel, sehingga > > realisasi dari pihak PERTAMINA sama sekali dingin. > > > > Mohon temen-temen yang sudah lebih berpengalaman, > memberika opini nya > > di forum ini. Mari kita galakan sumber daya yang > kita punya ini. > > > > Salam Agromania, > > Suhendra, > > salam, > > saya rasa pemerintah indonesia juga sekarang sedang > mengembangkan > tanaman jarak sebagai bahan bakar alternatif. kalau > saya tidak salah > pemerintah sedang mengusahakan menanam 2 juta ha > tanaman jarak. > > tidak benar bahwa jarak tidak sesuai untuk digunakan > sebagai bahan > bakar alternatif. justru kandungan asam lemak jarak > yang unik, membuat > jarak mempunyai sifat fizikal dan kimia yang berbeda > dengan minyak > nabati lainnya. > > jarak mengandungi asam lemak risinoleik sebanayak 90 > persen. asam > lemak risinoleik merupakan asam lemak yang jarang > ditemui pada > tumbuhan lainnya. justru kandungan asam lemak > risinoleik menjadikan > jarak sangat sesuai untuk digunakan sebagai bahan > bakar alternatif dan > pelumas. > > namu dikarenakan kandungan asam lemak risinoleik > yang mempunyai sifat > yang berbeda dari pada asam lemak lainnya, maka > diperlukan teknologi > yang sedikit berbeda dalam memproduksi minyak jarak. > hambatan utama > dalam memproduksi minyak jarak ialah dalam proses > ekstraksi. > > masa depan tanaman jarak amatlah baik di masa yang > akan datang. > saya ialah seorang mahasiswa indonesia yang sedang > belajar di national > university of malaysia, insya allah saya akan > melakukan penelitian > tentang tanaman jarak untuk biodiesel. disini > tanaman jarak amat sukar > didapati dalam jumlah yang banyak,bagi teman-teman > yang mengetahui > info supplier tanaman jarak,mohon infonya..... > > > best regards, > > emil akbar > chemical engineering > national university of malaysia > > > > > ____________________________________________________________________________________Luggage? GPS? Comic books? Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search http://search.yahoo.com/search?fr=oni_on_mail&p=graduation+gifts&cs=bz