Tanggal:  Thu, 19 Apr 2007 17:49:01 +0700 (ICT)
Dari:   "ramada agus" <[EMAIL PROTECTED]>

BERTANI ORGANIK - BERTANI SEHAT

  Adalah impian setiap petani untuk mendapatkan hasil panen berlimpah, produksi 
berkualitas dan keuntungan optimal dengan biaya minim. Namun jangan lupakan 
bila tanaman sebagai mahluk hidup tentunya harus tetap diperlakukan sebagaimana 
layaknya manusia yang memerlukan nutrisi untuk bisa menjalankan aktivitasnya. 
Tidak hanya  sekedar menanam, ibarat manusia yang juga perlu makan maka tanaman 
juga perlu, bila manusia perlu minum maka tanaman juga perlu. Plesetan lagu 
Group Serius, "Tanaman juga Manusia!"

  Kebutuhan makanan manusia dapat dipenuhi dari lingkungan sekitar. Mulai dari 
hasil masakan dapur sendiri sampai dengan pergi ke kelas warteg dan restoran. 
Tapi apakah semuanya sehat dan layak untuk dikonsumsi? Adakah zat-zat dalam 
makanan yang  sebenarnya berbahaya dan tidak perlu untuk dikonsumsi? Ragam 
pertanyaan yang bisa pula ditujukan bagi tanaman yang juga mahluk hidup.

  Kebutuhan nutrisi tanaman sebenarnya sudah dapat terpenuhi dengan unsur hara 
N, P dan K yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Tanah 
yang subur sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri, 
aktinomicetes, fungi, protozoa, alga, dan virus. Tanah yang subur mengandung 
lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah 
tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah 
memiliki peranan yang menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan dalam 
menghancurkan limbah organik, recycling hara tanaman, fiksasi biologis 
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen, dan 
membantu penyerapan unsur hara.

  Namun ibarat manusia yang tidak sempat memasak karena dapurnya kosong 
sehingga harus pergi ke warteg ataupun restoran. Bagaimana bila tanah tersebut 
tidak subur dan kurang mengandung mikroorganisme untuk menghasilkan kebutuhan 
unsur hara. Tentunya tetap perlu pasokan dari luar untuk memenuhi kebutuhannya 
dengan satu syarat tidak hanya sekedar menyuburkan akan tetapi aman pula bagi 
lingkungan dan kesehatan manusia. Perumpamaannya adalah tidak selamanya menu 
warteg ataupun restoran itu sehat dan bergizi walaupun semuanya mengenyangkan.

  Penggunaan pupuk pabrik dengan unsur hara N, P dan K yang sudah tertakar 
sebenarnya menjadikan tanaman dapat terpenuhi kebutuhannya secara praktis. Sama 
halnya dengan manusia yang enggan menahan lapar sehingga pada akhirnya 
memutuskan pergi ke warteg atau restoran terdekat karena tidak sempat memasak 
di dapur. Penggunaan pupuk pabrik adalah bagian dari Revolusi Hijau yang 
menurut beberapa pandangan saat itu bertujuan untuk memacu hasil produksi 
pertanian di tengah situasi negara yang miskin dan tidak menentu. Tetapi 
mungkin pada saat itu pemerintah belum menyadari akan bahaya penggunaan pupuk 
pabrik yang dengan kimia sintetiknya saat jangka panjang akan berakibat pada 
musnahnya berbagaimacam mikroorganisme dalam tanah sehingga tanah menjadi 
semakin tidak subur, tanah mengandung endapan residu pestisida, hasil pertanian 
mengandung pestisida dan hama dan penyakit menjadi kebal terhadap pestisida.

  Di mana pemerintah sekarang sudah menyadari akan bahaya pupuk pabrik dengan 
kimia sintetiknya yang berbahaya dan mulai mengarah kepada program pertanian 
organik. Namun sejujurnya masih banyak orang yang salah kaprah tentang definisi 
pertanian organik yaitu dengan definisi tidak menggunakan unsur kimia. Padahal 
unsur N, P dan K sendiri adalah unsur kimia. Defenisi pertanian organik yang 
tepat di sini adalah menjalankan budidaya pertanian sehat dengan meminimalkan 
input yang rendah dari luar sehingga akan berdampak pada biaya produksi yang 
rendah serta keuntungan optimal.

  Tidak hanya itu, pertanian organik adalah pertanian sehat yang tetap berupaya 
menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia untuk produk yang 
dihasilkan nantinya. Apakah pupuk pabrik yang ada sekarang ini memenuhi 
kriteria definisi pertanian organik tersebut? Hanya hati nurani Bapak dan Ibu 
petani kita yang sangat pantas menjawabnya.

  Dikaitkan dengan penggunaan pupuk pabrik, sebenarnya bukan unsur N, P dan K 
nya yang berbahaya akan tetapi kimia sintetiknya yang tidak dapat terurai oleh 
mikroorganisme dalam tanah bahkan bisa memusnahkannya. Padahal keberadaan 
mikroorganisme ini akan sangat membantu untuk menjaga keseimbangan tanah secara 
alami. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan 
kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba. Mikroba penambat N 
simbiotik antara lain Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman 
kacang-kacangan (leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya 
Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa 
digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N 
non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Mikroba tanah lain 
yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) 
dan kalium (K). Peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P
 dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang 
mampu melarutkan P, antara lain Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp, 
dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, 
umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.

  Penggunaan pupuk kompos di tingkat petani saat ini juga masih ditemukan 
banyak kendala. Kandungan hara kompos adalah masih sangat rendah. Kompos matang 
kandungan haranya kurang lebih 1.69 persen N, 0.34 persen P2O5, dan 2.81 persen 
K. Dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, 
dan 2.18 kg KCl. Bayangkan untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg 
Urea/ha, 75 kg SP 36/ha, dan 37.5 kg KCl/ha, membutuhkan sebanyak 22 ton 
kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak tenaga kerja 
dan berimplikasi pada naiknya biaya produksi. Diperlukan penemuan teknologi 
pertanian yang ramah lingkungan dan mementingkan kesehatan manusia akan tetapi 
tetap memberikan nilai ekonomis bagi petani. Dan saat sekarang ini teknologi 
tersebut banyak dikenal dengan istilah BioTeknologi Mikroba. BioTeknologi 
Mikroba yang diapikasikan pada pupuk kompos nantinya akan sangat membantu 
memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Di mana tujuan daripada
 BioTeknologi ini adalah menyeimbangkan kembali kondisi tanah secara alami 
akibat pesta besar Revolusi Hijau.

  Pernyataan yang dapat digarisbawahi bahwa dalam pupuk pabrik bukan unsur N, P 
dan K nya yang berbahaya tetapi Kimia Sintetik yang mengikatnya yang berbahaya. 
Dengan BioTeknologi Mikroba maka Tanaman akan memenuhi kebutuhan unsur N, P dan 
K nya secara alami.

  Proses pengomposan alami yang memakan waktu sangat lama antara enam bulan 
hingga setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman, 
proses ini dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) 
yang berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses 
dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di mana di 
pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk mempercepat 
proses pengomposan. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan 
menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos. 
Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan tidak hanya 
untuk kesuburan tanah, akan tetapi untuk mengendalikan organisme patogen 
penyebab penyakit tanaman. Dengan cara ini maka petani akan terhindar dari 
penggunaan pestisida kimia dengan sintetiknya yang berbahaya.

  Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat 
merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan 
diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. 
Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman antara lain Pseudomonas 
sp dan Azotobacter sp. Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam 
bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer.

  Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya 
pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida 
kimia umumnya sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika 
dibudidayakan dengan sistem organik. Alam sebenarnya telah menyediakan 
mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba yang dapat mengendalikan 
organisme patogen tersebut. Organisme patogen akan merugikan tanaman ketika 
terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba 
pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah 
mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangkan populasi kedua jenis 
organisme ini, hama dan penyakit tanaman dapat dihindari. Mikroba yang dapat 
mengendalikan hama tanaman antara lain Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria 
bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae. Mikroba ini 
mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama. Mikroba yang dapat
 mengendalikan penyakit tanaman, misalnya, Trichoderma sp yang mampu 
mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur 
akar putih), dan Phytoptora sp.

  Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan 
alami. Produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani yang ingin bertani secara 
sehat dengan biaya terjangkau. Kebutuhan bahan organik dan hara tanaman dapat 
dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator pengomposan. Aplikasi 
biofertilizer pada pertanian organik dapat menyuplai kebutuhan hara tanaman 
yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan penyakit 
tanaman dapat dikendalikan dengan memanfaatkan biokontrol. Petani Indonesia 
yang menerapkan sistem pertanian organik umumnya saat ini hanya mengandalkan 
kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan 
tersedianya bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak perlu khawatir 
dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan serangan hama serta 
penyakit tanaman.

  Jadi filosofi luhur dari bertani organik adalah cara bertani sehat yang 
bertujuan menyeimbangkan segala sesuatunya dengan proses kembali secara alami. 
Dan memang betul bila proses yang berlangsung alami adalah cenderung lambat 
namun tentunya akan lebih berkualitas pada jangka panjang dibandingkan dengan 
cara instant. Tanah kita saat ini sedang sakit dan tentunya perlu waktu untuk 
pemulihannya akibat dampak kimia sintetik pupuk pabrik. Namun tentunya tetap 
petani kita membutuhkan makan, sebagai tahap awal, penggunaan pupuk pabrik bisa 
saja digunakan namun dengan takaran dan dosis yang mulai coba untuk dikurangkan.

  Bagaimana dengan mahalnya harga kotoran ternak? Sebenarnya bila kita mau 
berpikir lebih mendalam maka kombinasi antara sektor usaha pertanian dan  
peternakan tentunya akan dapat lebih memberikan keuntungan bagi petani. Usaha 
peternakan dapat dikelola sebagai suatu usaha kelompok dalam suatu komunitas 
masyarakat tani di suatu wilayah. Tidak hanya nilai ekonomis dagingnya saja, 
akan tetapi kotorannya pun akan sangat bermanfaat untuk petani sebagai bahan 
baku pembuatan kompos. Seperti yang menjadi impian bersama saat ini dari Eka 
Agro Rama, Kampoeng Ternak – Dompet Dhua’fa Republika, Agromania dan Dr. Ir. 
Mesak Tombe dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika serta petani dan 
peternak Indonesia lainnya.





---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke