Anggrek

Indahnya bunga anggrek telah dikenal sejak zaman dahulu. Saat ini 
jenis pohon itu banyak dipakai untuk mempercantik ruangan. 
Adakalanya juga digunakan sebagai pelengkap upacara-upacara adat, 
agama atau pesta meriah lainnya. Bahkan di beberapa negara 
dinobatkan sebagai bunga kebanggaan, seperti Guatemala untuk anggrek 
lycasie skinneri, atau Republik Panama yang memilih jenis presteiria 
elata. 

Di alam liar, tanaman anggrek ada yang hidup menempel pada dahan 
pohon atau tinggal di atas permukaan tanah yang kaya akan humus. 
Namun banyak orang yang kurang paham bila ditemukan tumbuhan yang 
mirip anggrek ketika pergi ke hutan atau gunung. Jenis pohon itu 
dikenal dengan sebutan lely, yang bentuk bunga, daun, serta 
batangnya menyerupai anggrek. 

Para pehobi pemula dapat melihat sifat khas anggrek dari batangnya. 
Pada batang monopodial berciri pertumbuhan ujung batang boleh dikata 
tidak terbatas, tumbuh terus ke atas. Ciri tersebut terdapat pada 
jenis vanda, arachnis, lenanthera atau aerides. Sedangkan bentuk 
batang sympodial pertumbuhan ujung-ujung batangnya terbatas. 
Golongan itu dapat dilihat pada jenis cattleya, dendrobium atau 
oncidium. 

Menurut salah satu ahli anggrek Indonesia, Sutarni M Soeryowinoto, 
warna anggrek menyebabkan daya tarik berbagai serangga untuk datang. 
Tiap warna tertentu akan dikunjungi oleh jenis serangga tertentu 
pula. Contohnya lebah, lebih menyukai bunga yang berwarna biru. 
Seekor lalat akan menghampiri bunga yang berwarna putih, sedangkan 
kumbang lebih tertarik pada warna kuning . 

Menurut dia, bau bunga yang khas dapat menarik serangga lainnya. 
Seperti kupu-kupu yang mampu mencium dari jarak puluhan kilometer 
jauhnya. Hadirnya berbagai jenis serangga pada tanaman yang sedang 
berbunga memberi manfaat yang menguntungkan. Pada saat serangga 
hinggap di bunga dan menghisap sari bunganya, maka terjadi proses 
penyerbukan. Penyerbukan itu terjadi secara alami tanpa bantuan 
manusia. 


Anggrek Silangan 

Orang yang paling berjasa dalam dunia silang-menyilang anggek atau 
orchid dalam bahasa Inggrisnya adalah Domini. Pada tahun 1856 ia 
berhasil mengawinkan jenis calanthe masica dan calante furcata. 
Hybrid bunga yang terjadi kemudian dikenal dengan nama calanthe 
domini. 

Hingga saat ini para peneliti maupun pehobi terus mengadakan 
pesilangan antar genera (marga). Sehingga dipasaran dikenal dengan 
istilah silangan bigeneric (persilangan antara dua jenis), 
trigeneric (persilangan antara 3 jenis) atau guadrigeneric serta 
tetrageneric. 

Tujuan hibridasi atau nama lain menyilangkan anggrek adalah 
mengumpulkan dua sifat baik dari kedua tanaman. Kegiatan tersebut 
dilakukan untuk memperoleh kombinasi warna, bentuk bunga, ukuran, 
atau jumlah bunga yang diinginkan. Alasan lain biasanya untuk 
menambah kuat pertumbuhan tanaman yang lemah atau jarang berbuah 
menjadi lebih baik dan produktif. 

Prinsip penyerbukan anggek sangatlah sederhana, yakni dengan cara 
mengambil tepung sari (pollinia) dari sebuah bunga kemudian 
dimasukkan ke dalam stigma jenis anggek lain yang telah masak. Cara 
persilangan ditempuh bila dalam penyerbukan didapat dari tanaman 
yang berbeda. Untungnya dalam penyerbukan Anggek lebih sederhana 
dari pada tumbuhan bunga lainnya. Pasalnya pollinia pada anggrek 
dapat dipindahkan dengan memakai ujung jarum atau tusuk gigi. 
Termasuk pula dengan mengambil dengan pinset, tapi sebelumnya benda-
benda tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu. 

Beberapa jenis hasil persilangan dikenal dengan nama aeridovanda 
yaitu persilangan antara aeris dengan vanda, leliocattleya yang 
dihasilkan dari perkawinan laelia dan cattleya. Adapula yang 
diperoleh dari tiga persilangan seperti tanakara. Yang merupakan 
hasil dari pencampuran aerides, vanda, dan phalaenopsis. Begitu pula 
dengan suatu hibrid tetragenic, potinara, merupakan buah perkawinan 
beramai-ramai antara jenis brassavola, cattleya, laelia serta 
saphoronitis. 


Media Tanam 

Berdasarkan cara hidupnya dikenal ada dua golongan anggrek. Anggrek 
epifhyt misalnya, hidup dengan cara menempel pada tanaman lain. 
Namun tanaman yang ditempelinya itu tidak dirugikan. Termasuk 
golongan jenis itu diantaranya adalah dendrobium, cattleya, 
cymbidium, phalaenopsis atau blad vanda. 

Sedangkan pada anggrek yang hidupnya di atas permukaan tanah 
mengandalkan makanan dari kesuburan humus di tanah. Jenis tersebut 
sering disebut dengan anggrek tanah. Bagi peminat tumbuhan di kota 
besar, biasanya menanam anggek dengan menggunakan pot-pot atau 
ditempel pada media tanam. Menurut Ahmad (35) seorang penggemar 
anggrek di bilangan Pasar Minggu, untuk menanam anggrek lebih baik 
memakai pot yang masih baru. Bila terpaksa menggunakan pot bekas, 
dia menyarankan agar dibersihkan lebih dahulu. Hal itu dilakukan 
untuk menghilangkan adanya bakteri, jamur, atau lumut yang dapat 
merugikan tanaman. "Biasanya dipilih pot dari tanah liat untuk 
wadahnya. Pot yang dipakai juga harus disesuaikan dengan besarnya 
tanaman," ujarnya. 

Ditambahkan lelaki yang membudidayakan ratusan anggek jenis 
dendrobium itu, dalam setiap pot harus disediakan tiang atau stick. 
Biasanya didapat dari batang bambu, atau kawat yang ukuran tingginya 
disesuaikan dengan pohon. "Gunanya untuk penyangga tanaman agar 
berdiri kokoh," kata Ahmad yang berkerja di Sam Orchid, Taman 
Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan. 

Lelaki yang telah sepuluh tahun berkutet dengan dunia peranggrekkan 
itu menambahkan bahwa media tanam sangat penting bagi kehidupan 
anggrek. Beberapa jenis media tanam yang dipakai adalah batang-
batang pohon pakis, pecahan batu bata , serta arang. Tapi adapula 
yang menaburkan serabut kelapa atau kulit pohon pinus di dalam pot. 

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan anggrek adalah teknik 
penyiraman. Ada falsafah yang dikenal dikalangan para penggemar 
flora itu, yaitu jangan terlalu banyak menyiram. Beragam isian pot 
sangat berpengaruh dalam proses penyiraman. Ahmad mencontohkan pada 
pot yang berisi pecahan batu bata atau genting. Menurut hemat dia 
makin kecil pecahan genting makin lebih banyak air yang diserapnya. 

Untuk daerah yang berhawa panas seperti Jakarta atau Surabaya, 
pemakaian sabut kelapa sangat menguntungkan, karena media tanam itu 
banyak menyimpan air. Sedangkan pada pot yang berisi batang-batang 
pakis yang telah dihancurkan, sebaiknya dipilih yang berwarna 
cokelat dan lunak. Keuntungannya adalah mudah menyerap air dan 
menahan air dari pada akar pakis yang berwarna hitam lagi pula 
keras. 

Namun pada prinsipnya menurut Sutarni yang sempat meluncurkan buku 
Merawat Anggek dan Perbanyakan Vegetatif pada Anggrek, bila pot yang 
berisi media tanam yang mudah menyerap air dan tidak mudah terjadi 
penguapan, maka jangan terlalu sering disiram. Begitu pula 
sebaliknya, untuk jenis epifhyt dapat disiram dua hari sekali 
sedangkan pada jenis anggek tanah (terrestris) disiram satu hari 
sekali saja. Ditekankan lagi bahwa anggek tidak begitu senang akan 
air yang melimpah terus-menerus. Akan tetapi sangat suka pada 
kelembaban. Jadi menurut dia, anggrek lebih tahan terhadap 
kekeringan dari pada terlalu banyak air. 

Akibat pot yang terlalu basah (overwatering) adalah dapat 
menimbulkan pembusukan pada akar pohon. Lumut pun akan timbul dengan 
suburnya, yang dapat mengakibatkan terganggunya proses penyerapan 
makanan dari akar. Bila daun anggrek tampak keriput, daun-daun tua 
cepat busuk, atau media taman bayak ditumbuhi lumut itulah gejala-
gejala kebanyakan air. 

Cara menanggulanginya adalah memindahkan ke pot yang baru dengan 
media tanam baru pula. Sedangkan cara penanggulangan pada dedaunan 
yang keriput yaitu tanaman tersebut dibongkar, kemudian 
digantungkan. Cara menyiramnya adalah hanya pada daunnya saja. 


Penulis : MARLIANA 
Sumber : SP



Kirim email ke