Institute for Science and Technology Studies (ISTECS) chapter Japan di
penghujung akhir

tahun 2006 ini kembali menggelar diskusi. Dalam diskusi yang berlangsung
pada tanggal 17

Desember 2006 ini menghadirkan beberapa pembicara kunci yang bersentuhan
langsung dengan

dunia pertanian di Indonesia maupun di Jepang, mereka adalah Dr. Achmad
MS (tenaga ahli

Menteri Pertanian RI) , Dr.Rudi Lumanto (staf khusus Menteri Pertanian
RI) dan

Drh.Pudjiatmoko,Phd (Atase Pertanian KBRI Tokyo).

Kabar Dunia Pertanian Indonesia Saat ini

Dr. Rudi Lumanto dalam pemaparannya antara lain mengemukakan betapa
pentingnya solusi

menghadapi masalah pertanian di Indonesia dalam bentuk kepedulian pada
petani. Karena

itu banyaknya program pemerintah yang memihak petani (bantuan kredit
petani, asuransi

pendidikan, subsidi benih, bantuan langsung masyarakat dalam bentuk LM3)
menjadi solusi

yang diharapkan berdampak positif bagi upaya peningkatan produktivitas
petani. Hal

menarik lain menurut Rudi Lumanto dan sudah dicontohkan Menteri
Pertanian Anton

Apriantono adalah melakukan pendekatan langsung kepada petani untuk
mengetahui secara

real kehidupan petani dan apa yang sebenarnya dibutuhkan petani.
Kegiatan ini dilakukan

dalam bentuk kegiatan langsung Menteri bersama petani, antara lain
berkunjung ke

rumah-rumah petani bahkan tidur di rumah petani, berpola hidup
sederhana, sampai solat

subuh berjamaah. Dari sinilah Menteri Pertanian mengetahui langsung
persoalan petani

yang sesungguhnya sehingga berbagai solusi akan lebih tepat sasaran dan
mendorong

harapan meningkatnya produktivitas para petani. Bahkan Nomor hand phone
Menteri juga

diberikan langsung kepada petani. Sehingga laporan dari masyarakat bisa
dipantau secara

langsung.

Sementara Dr.Ahmad MS mengemukakan bahwa kerangka besar Departemen
Pertanian

sesungguhnya merujuk pada Visi yang diembannya. Kementerian Pertanian
kali ini mengusung

visi menjadikan Departemen Pertanian yang peduli terhadap kesejahteraan
masyarakat

pertanian melalui penyelenggaraan birokrasi yang bersih dalam
pembangunan pertanian

berkelanjutan. Dari visi ini terdapat tiga hal penting yang menjadi
konsentrasi

Departemen Pertanian saat ini. Ketiga hal tersebut adalah (1) pentingnya
kepedulian

terhadap kesejahteraan petani, (2) penyelenggaraan birokrasi yang
bersih, dan (3)

pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Visi inilah yang kemudian
diterjemahkan secara

lebih operasional dalam bentuk misi dan program kerja Departemen
Pertanian.

Dalam konteks kepedulian ini Dr.Ahmad mengemukakan langkah Deprtemen
Pertanian (Deptan)

dengan meningkatkan anggaran bagi petani sehingga mencapai 500 milyar
rupiah untuk tahun

2006 ini. Anggaran ini realisasisnya digunakan dengan rincian 250 milyar
untuk dana

penjaminan dan 250 milyar digunakan utk subsidi benih. Dengan kebijakan
ini petani tidak

lagi dibebankan dengan jaminan atau agunan ketika meminjam uang untuk
kepentingan

pertaniannya. Mengenai birokrasi yang bersih, menurut Dr.Ahmad hal ini
dilakukan dengan

tidak ada satupun CPNS yg masuk dengan cara KKN, sebab dilakukan secara
transparan dan

dengan ketatnya seleksi kelulusan melalui tes dan mempertimbangkan CPNS
dengan nilai

Indkes Prestasi Komulatifnya yang tinggi. Selain itu, pergantian jabatan
juga

berlangsung dengan menerima masukan dari seluruh lapisan masyarakat
melalaui nomor hand

phone Menteri. Menurut Dr.Ahmad Saat ini orang-orang di Deptan tidak ada
yang ewuh

pekewuh karena proses masuknya tidak melalui KKN. Karena prestasi Deptan
yg bagus DPR

mendukung program Deptan hingga menyetujui anggaran pertanian mencapai
6,7 atau 8, 6

Triliun. Pada tahun 2007 nanti bisa mencapai 10 triliun lebih. Ini angka
tertinggi dalam

sejarah Pertanian.

Berbagai kebijakan Departemen pertanian sesungguhnya secara operasional
diterjemahkan

melalui Misi dan Program Departemen Pertanian tahun 2005-2009. Misi
Departemen Pertanian

menurut Dr.Ahmad adalah untuk periode pembangunan Pertanian 2005-2009
adalah

(1)mewujudkan Birokrasi petani profesional dan memiliki integritas
moral, (2) mendorong

pembangunan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan, (3) memfasilitasi
terwujudnya

ketahanan pangan melalui peningkatan produksi. Sementara untuk program
pertanian tahun

2005-2009 adalah (1) meningkatkan ketahanan pangan, (2) meningkatkan
ketahanan

agrobisnis dan (3) peningkatan kesejahteraan petani. Dr.Ahmad lebih
kanjut mengemukakan

bahwa untuk mencapai program yang bagus tersebut dibutuhkan Sumber Daya
Manusia

Pertanian yang unggul yakni yang memiliki kekuatan spiritual, kekuatan
intelektual,

kekuatan emosional dan kekuatan jasad.

Ketika menjawab pertanyaan masyarakat Indonesia di Jepang mengenai
kendala pelaksanaan

program, Dr.Rudi Lumanto mengemukakan bahwa ternyata dalam realisasi
program LM3 petani

menyalahgunakan LM3 antara lain dengan cara bagi-bagi uang antar petani
, bahkan

tragisnya ada yang untuk hajatan. Oleh karena itu menurut staf khusus
Menteri Pertanian

ini, salah satu solusi terpenting adalah perlu program peningkatan
penyuluh petani.

Sementara menjawab pertanyaan masyarakat Indonesia lainya yang hadir di
forum diskusi

ISTECS yang diselenggarakan di musim dingin ini Dr.Ahmad mengemukakan
bahwa target tahun

2007 antara lain berupaya keras agar lahir Undang-undang & Peraturan
Menteri Pertanian

yg memihak petani. Program pemberian beasiswa juga mengemuka dalam
diskusi yang

berlangsung saat musim dingin itu. Untuk tahun 2007 akan diberikan
beasiswa khusus bagi

anak petani. Selain itu dalam rangka meningkatkan produktivitas petani
Deptan juga akan

melakukan recruetment tenaga penyuluh kontrak sebanyak 60.000 orang .
Untuk tenaga

penyuluh ini proses pelamaran tidak ada yang diperkenankan langsung ke
Deptan tetapi

semuanya harus melalui PO BOX.

Catatan Dari Jepang

Dalam kesempatan tanya jawab dengan masyarakat Indonesia di Jepang,
Drh.Pudjiatmoko, Phd

(Atase pertanian KBRI Tokyo), mengemukakan bahwa Atase melakukan
kerjasama dengan Jepang

antara lain dalam bentuk pengiriman trainee pemuda petani Indonesia
untuk melakukan

magang tani di Jepang. Mereka para trainee tani ini jumlahnya mencapai
50-60 orang

pertahun. Kerjasama juga dilakukan selain dengan JAEC juga dengan
asosiasi petani di

Jepang antara lain diwilayah Fukui, Nigata, Gunma, dan Kumamoto. Para
tranee petani ini

masih muda dan diharapkan memiliki pengalaman berharga untuk
dikembangkan di Indonesia.

Menurut alumni Gifu Uiniversity ini, mereka yangg dikirm ke Jepang harus
mempunya

pengalaman 5 tahun sebagai petani di Indonesia atau memeiliki pengalaman
bertani

mengikuti orang tuanya. Beberapa alumni trainee tani di Jepang ini
menurut Pudiatmoko

berhasil melakukan penanaman tomat dengan metode hydroponic di wilayah
Lembang-Bandung,

Jawa Barat. Produk mereka disebut Japanese tomato dan dipasarkan
disejumlah pasar

swalayan di Indoensia. Selain itu atase pertanian juga membantu dan
memfasilitasi

delegasi Indonsia ke Jepang dalam kerjasama dengan lemabaga-lembaga di
Jepang, contohnya

pengadaan peralatan lalat buah sehingga buah-buahan Indonesia diharapkan
bisa masuk ke

Jepang.

Jika kita belajar dari majunya dunia pertanian di Jepang, ternyata
program pengiriman

trainee juga pernah dilakukan pemerintah Jepang di awal abad 20 (?).
Pemerintah Jepang

mengirim petaninya ke sejumlah negara Eropa dan Amerika. Walhasil kini
dunia pertanian

Jepang mengalami kemajuan yang mengagumkan. Dalam konteks ini kunjungan
tenaga ahli

Menteri Pertanian RI ke Jepang merupakan langkah yang strategis untuk
mengetahui lebih

dekat dunia pertanian Jepang. Bahkan termasuk mengunjungi secara real
kondisi para

trainee tani yang ada di sejumlah daerah di Jepang. Beberapa hal menarik
dari Jepang

tentu saja telah ditemukan, tinggal kita berharap agar hubungan anatar
Indonesia dan

jepang dibidang pertanian mampu membuahkan hasil bagi kemajuan pertanian
Indonesia yang

memang merupakan negara agraris terbesar di dunia.

Ubedilah Badrun, atas nama Pengurus ISTECS Chapter Japan, menyampaikan
notulen hasil

diskusi akhir tahun ISTECS Chapter Japan yang diselenggarakan di Sekolah
Republik

Indonesia-

Tokyo, 17 Desember 2006

beritaiptek.com
Rabu, 20 Desember 2006 01:11:23
Oleh Ubedilah Badrun



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke