KLIPING PILIHAN: Beras Berpemutih Beredar di Padang Warga Kota Padang semakin resah dengan beras berpemutih (klorin, pemutih pakaian).
Meski tidak mengetahui dengan jelas, bagaimana ciri beras pemutih tersebut, namun sejumlah warga sudah mengalami keanehan terhadap beras yang dimasak. Seperti Wati (28), salah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Telukbayur Padang, sejak beberapa hari belakangan merasakan keganjilan terhadap beras yang dimasak. Padahal, saat membeli di salah satu pasar tradisional tak jauh dari rumahnya, ia yakin betul beras yang dibeli enak rasanya. "Sebab, ketika dibeli dan sebelum dimasak, beras tersebut putih mengkilap," kata Wati, Senin (12/2). Tapi, menurut Wati, berselang beberapa jam setelah beras dimasak menjadi nasi, warna nasi cepat berubah. Warnanya menguning, kusam dan mengeluarkan bau. Hal sama juga dialami Nina. Ibu rumah tangga yang tinggal di Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah, Padang ini, tidak menaruh curiga apapun ketika membeli beras. Karena memang Nina tidak mengetahui dengan pasti bagaimana sebenarnya beras pakai pemutih tersebut. Ia baru agak curiga, karena nasi cepat basi. Di tempat terpisah, pedagang beras Haji Danir di Pasar Raya Padang mengaku tidak tahu bagaimana seperti apa beras pakai pemutih itu. Menurutnya, untuk Sumbar tidak mungkin ada beras pakai pemutih. "Untuk daerah kita tidak mungkin menjual beras pakai pemutih. Kalaupun ada beras tersebut, mungkin yang berasal dari Jawa yang berjenis pulem. Tapi umumnya masyarakat kita tidak menyukai beras pulem," ujar Danir. Sejak beberapa waktu terakhir, harga beras di Padang atau Sumbar umumnya terus melonjak. Meskipun, Operasi Pasar (OP) masih berjalan dengan harga Rp 3.700 per kilogram, namun hampir seminggu belakangan harga beras terus naik. Bahkan beras Solok yang biasanya hanya Rp 11 ribu per gantang naik menjadi Rp 12.500 hingga Rp13 ribu. "Sudah seminggu harga beras terus melonjak. Rata-rata kenaikan harga beras tersebut Rp 500 per gantang. Untuk jenis Sokan Rp 10 ribu per gantang dan jenis IR 42 Rp 10.500 per gantang," kata Danir. Kabid Sertikasi dan Layanan Informasi, Balai Pengawasan Obat dan Makanan Padang, Mayorie mengaku bahwa pihaknya tidak mengawasi produk beras pakai pemutih ini. "Kita tidak melakukan pengujian terhadap produk beras. Apalagi beras yang mengandung pemutih. Untuk melakukan pengujian terhadap beras pakai pemutih ini, harus ada parameter dan metoda untuk mengetahuinya," ujar Mayorie. Begitu juga dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumbar, Yenifra mengakui sampai saat ini belum menemukan adanya beras pakai pemutih dipasaran. "Kita masih belum mendapat laporan ada beras pakai pemutih di pasaran," ujar mantan Kepala Dinas Pendapatan Sumbar ini. Sebagai informasi, beras yang dicampur zat pemutih, fisiknya putih mengkilap, bau obat atau deterjen, licin dan banyak serbuk putihnya. Sedangkan beras yang asli, biasanya kesat dan utih kusam serta tidak berbau. afi/jpnn SUMBER: Rakyat Merdeka Selasa, 13 Februari 2007, 02:29:17 WIB