Yth. Para praktisi Agrobusiness Indonesia.
  Saya ingin menjelaskan lebih detail mengenai kondisi kerjasama dengan 
Supermarket dan Hypermarket di Indonesia. Para Praktisi Agro Indonesia atau 
suplier biasanya memegang MoU dengan mereka dan berdasarkan trust ( 
kepercayaan), namun prakteknya : 
  1. Para suplier selalu dibenturkan sendiri antar suplier dengan cara mengadu 
harga dengan tuntutan kualitas semakin tinggi. ( hukum kapitalis, pemodal besar 
biasanya menang karena mereka berani ijon di petani. asosiasi petani didaerah ( 
pengalengan dll) biasanya tidak berfungsi mengahdapi pemain seperti ini ( 
biasanya petani dibawah tekanan harga)).
  2. Kredit yang cukup panjang diberlakukan oleh Supermarket/ Hypermarket ( 
antara MoU dan praktek tidak sejalan).
  3.Suplier biasanya dikenakan potongan cukup besar untuk keperluan 
Supermarket/Hypermarket (untuk keperluan : tas belanja, promosi, distribusi, 
rabat, pembukaan ouitlet baru, dll) potongan antara 5 s/d 15 persen dari omzet.
  4. Supermarket/Hypermarket menaikkan sekitar 30 hingga 50 persen dari harga 
jual Suplier.
  5. Barang tidak terjual minta di tukar ( Walaupun MoU sudah ada potongan 
untuk barang rusak)
  6. Yang lebih parah adalah adanya tikus-tikus di Supermarket yang secara 
terang-terangan meminta atau secara tersembunyi. Permintaan ini terdapat di 
kantor pusat Supermarket/Hypermarket maupun di toko ( Yang melakukan dari 
tingkat Manager hingga petugas reciving ).
  7. Ingat, jangan kasih komentar inilah Indonesiaku, karena saya masih 
berharap dengan kekompakan, kita bisa membersihkan ini semua ( adanya Warning 
ke mereka untuk membersihkan atau tidak saya kirim.)
  Impossible is Nothing
  Berminat memajukan Indonesia, mari kita gabung.
          Bapak2 yang terhormat

Sekedar informasi, saat ini mulai banyak dibentuk asosiasi petani di
beberapa provinsi berdasarkan jenis komoditi. Cakupannya pun sudah luas dan
diantara asosiasi tsb tdk jarang memiliki hubungan/komunikasi satu sama
lainnya. Tengoklah asosiasi petani sayuran Pengalengan, asosiasi petani
mangga Pemalang, asosiasi petani padi Cirebon. Kalau Anda berbelanja di
supermarket/hypermarket: Carefour, Yogya/Griya, Ramayana/Robinson, Giant,
Ranch Market, Matahari dll, produk mereka sudah banyak yg dijual di sana.
Produknya beraneka ragam, dari beras, snack, susu kedelai, aneka sayuran
sampai nata de coco dan sejenisnya.

Baik petani, trader, maupun supermarket, mempunyai goal/tujuan dan target
tersendiri. Bisa jadi goal tsb bertolak belakang satu sama lainnya, namun
ada satu kesamaan, yakni saling membutuhkan. Sejauh semua goal tsb
dikomunikasikan dan didiskusikan dgn baik kemudian dijabarkan dalam bentuk
memorandum of understanding (MoU), rasanya hambatan, perbedaan dan jurang yg
ada bisa diperkecil/dipersempit. Memang sih, tdk sesederhana dan sesingkat
itu, semuanya butuh proses dan pembelajaran.

Bisnis atau interaksi dalam bentuk apapun hendaknya didasari oleh semangat
saling menghormati, menghargai dan mempercayai. Jika ada seseorang yg mulai
berbisnis dgn didasari saling curiga, percayalah, usahanya tdk akan maju dan
bertahan lama. Contoh sederhananya kita andaikan bisnis tsb dalam bentuk
rumah tangga. Bisa dibayangkan apa jadinya jika suami, istri dan anak yg
tinggal dalam satu atap tdk saling mempercayai. Cekcok, pertengkaran mungkin
menjadi pemandangan sehari2.

Para ibu rumah tangga ketika membeli seikat kangkung di pasar becek atau di
tukang sayur keliling, sebagian besar akan menawar harganya. Tapi,
ketika belanja di supermarket, tdk seorang pun akan menawar harganya.
Berbagai macam alasannya memang, tetapi pada dasarnya hal ini karena trust
society terhadap supermarket jauh lebih tinggi dibanding dgn tukang sayur
keliling.

Seorang sahabat bertanya begini "Kenapa kita tdk kuatir uang kita akan
hilang ketika disimpan di bank?" Teman satunya menjawab "kan ada jaminan
dari pemerintah, lagi pula kita punya butab (buku tabungan), jadi kenapa
harus ragu" Teman satunya lagi menambahkan "kalau uangku disimpan di
rumahmu, barulah aku gak bisa tidur, he..he..."

Kesimpulannya, bisnis atau interaksi dalam bentuk apapun haruslah didasari
oleh semangat menjunjung tinggi Trust Society dan ada bukti konkret/tertulis
yg berlaku dgn hukum setempat.

Mohon maaf kalau tulisan saya ini melenceng dari topik atau menyinggung
pihak lain.

Salam agro, Arman

On 13/11/06, Bowo W <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya setuju dengan konsep Sdr. Namaskara mengenai petani kita sudah
> tidak lugu kembali. Untuk itu saya juga mendukung petani kita harus siap
> kompetisi dengan petani asing dan antar petani lokal ( tidak perlu proteksi
> dan lainnya, selama ada proteksi malah merugikan kesiapan kita ) yang
> sekarang kita butuhkan adalah asosiasi pelaku agrobusiness dengan segala
> kode etik dan perencanaan yang matang untuk survive dengan sehat tanpa
> adanya tekanan atau preasure dari pihak manapun. ( Contoh manfaat asosiasi
> adalah : Pasar yang nakal, keseragaman grade/kualitas, standar harga jual (
> bukan ditentukan oleh pemodal besar ). dll. Ingat asosiasi ini bukan
> asosiasi petani tetapi asoisiasi para pelaku trader yang berfungsi membantu
> harga jual petani. Tugas petani lebih terfokus pada kwantitas dan kualitas
> produk. Thanks. SAYA TUNGGU!!
> [EMAIL PROTECTED] <Namaskara%40telkom.net>> menulis:
> Pak Tiadhy,
>
> Saya juga dulu idealis seperti Bapak, tapi dalam prakteknya terbentur
> dengan masalah, yg akan sy ceritakan sbb sekedar untuk sharing aja:
>
> Pengalaman saya:
> Kami, para lulusan universitas, mempunyai sedikit modal, bergabung dengan
> para petani. Tujuannya agar petani tidak dipermainkan oleh para exportir
> maupun para pedagang besar. Setelah modal terkumpul, dibagikanlah kepada
> petani untuk biaya perawatan dan panen, kami kalkulasi hasil para petani
> sekian ton, termodal kira-kira sekian usd/tonnya dan kami membuka penawaran
> keluar negeri, kontrak didapatkan dan telah disetujui dengan sistem bagi
> hasil dengan para petani.
> Transparan, baik ke petani dan juga sesama kami sendiri, enak.
>
> Kenyataanya?
> Pas benar2 panen, kebetulan harga luar negeri melonjak naik, para pedagang
> bermunculan, baik pedagang lokal, pedagang kagetan, pembeli langsung (dari
> LN) maupun pedagang rutin yg sudah eksis. Otomatis harga lokalpun naik,
> melonjak tajam.
> Kalau nggak salah, waktu itu kami memegang kontrak sekitar 90ton,
> sebenarnya tidak ada masalah, kalau para petani tidak berulah!
>
> Yah, para petani yg kita kira orang-orang lugu, ternyata tidak selugu dulu
> lagi, mereka menjual panennya ke para pedagang lain dgn harga baru yg telah
> naik tsb!
> Persahabatan yg diajalin sewaktu susah, telah berubah menjadi kucing2an.
> HP mereka (petani) tidak diangkat2, sewaktu dicari ke rumahnya, sering tidak
> ketemu dengan bermacam alasan.
> Sebahagian ada yg memulangkan uang yg telah diambilnya, sebagian lagi
> nggak mau tau, sebagian uang yg diambil raib, sebagian memang ada yg
> mengantar barang sesuai perjanjian.. tapi tidak seberapa, itupun dengan
> kadar persentase yg jauh dari standar.
> Kami kalang kabut. Importir LN menagih janji, terpaksa kami membeli dari
> pihak lain mengikuti harga pasaran yg telah naik tsb, otomatis kami
> mengalami kerugian yg sangat besar.....
>
> Itulah pengalaman saya, sejak itu saya tidak bisa mempercayai, baik
> importir, petani atau siapapun tanpa perjanjian hitam diatas putih dan
> jaminan yg pasti.
> Zaman bukan seperti dulu lagi, petani bukan orang bodoh yg lugu,
> sebenarnya kitalah yg jadi org bodoh kalau berani masuk pasar begitu saja.
>
> Itulah pengalaman saya, itu pengalaman paling permulaan, sekarang saya
> sudah eksis ekspor sendiri dan.... masih tetap ada mitra petani yg setia
> memasok barang (mereka yg setia ini tetap saya jaga) serta membeli secara
> bebas di pasaran lokal, juga.
>
> Saran saya:
> Memang niat kita sangatlah mulia hendak menolong petani (yg secara umum)
> adalah pihak yg lemah, tetapi niat mulia kita tsb harus dibarengi dengan
> kelihaian dan otak dagang kita juga. Prinsip dagang 'Jangan percaya satu
> orangpun' tetap harus dipegang.
> Lengkapilah semua perjanjian dengan akta notaris atau ikatan jaminan yg
> pasti, kalau bermitra dengan sesama petani / sesama pedagang amankanlah
> perjanjian dengan akta yg detil dan ber'pahit-pahit' dahulu.
> Karena, sewaktu menderita kita memang akan bersama tetapi jika sudah
> melihat keuntungan didepan mata, biasanya sifat 'asli' manusia akan muncul
> (ketamakan) dan disaat inilah mitra biasanya bisa berantem / bubar.....
>
> Demikinalah sharing pengalaman saya sendiri, semoga berguna bagi teman2 yg
> mau merintis jalan yg sama...
>
> Salam,
> W Namaskara
>
> ----- Original Message -----
> From: Triadhy Setyo P
> To: agromania@yahoogroups.com <agromania%40yahoogroups.com>
> Sent: Friday, November 10, 2006 4:30 PM
> Subject: Re: Balasan: [agromania] PREEASURE SUPERMARKET/HYPERMARKET
>
> Atau mungkin diantara kita (milis agro) ada yang merupakan bagian dari
> kapitalis. Yang merasa dirinya sudah dalam kondisi nyaman diatas penderitaan
> petani. Bung ... saya setuju dengan usul anda, tapi tanpa didasari rasa
> tanggung jawab yang besar dari masing-masing anggota milis terhadap
> kesejahteraan petani dan kemajuan bangsa ini, saya pesimis.
> Sekarang kita introspeksi diri kita dulu, sudah kah kita mensejahterakan
> karyawan kita sendiri, dan masyarakat sekitar kita ?
> Saya pun suka membayangkan, kita mempunyai kekuatan dalam dunia agro.
> Dahsyat bung ! .
> Malah kita dapat eksport keberbagai belahan dunia.
> Tapi sayang, sulit mencari manusia yang amanah.
>
> Wassalam
> Triadhy
>
> dwi yulianto <[EMAIL PROTECTED] <jalu_tech%40yahoo.co.id>> wrote:
> sudah menjadi hukum alam bagi negara kita yang cenderung berpihak pada
> kapitalis,keberpihakan terhadap pemilik modal membuat kita tidak bisa
> memberikan nilai jual lebih terhadap produk2 agro kita,tidak adanya
> kebijakan yang bisa mengatur kondisi ini yang menurut saya menambah buruk
> kekuatan sektor agro,masukan yang bisa saya berikan yaitu kita harus
> mendeklarasikan perkumpulan untuk bisa memayungi segala permasalahan yang
> menyangkut sektor agro,satu langkah awal untuk membuktikan bahwa kita
> memiliki kekuatan
>
> Bowo W <[EMAIL PROTECTED] <bowo_ckg%40yahoo.co.id>> menulis: SAYA INGIN
> MENCOBA MENYATUKAN KEKUATAN SUPLIER SUPERMARKET DAN HYPERMARKET YANG TERUS
> DITEKAN OLEH MEREKA YANG SEHARUSNYA DUNIA AGRO MENJADI KEKUATAN OLEH MEREKA,
> KARENA KITA TIDAK KOMPAK AKHIRNYA SUPLIER DIPECAH BELAH DENGAN MENGADU HARGA
> DAN KUALITAS BAGUS, KREDIT LAGI.!!!(CONTOH YANG KOMPAK ASOSIASI TRAVEL
> INDONESIA UNTUK MENGHADANG DUNIA PENERBANGAN)
> SIAPA TERTARIK, TOLONG IDE ATAU USUL
> THANKS REGARDS.
>
> ---------------------------------
> Apakah Anda Yahoo!?
> Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> ---------------------------------
> Apakah Anda Yahoo!?
> Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> ---------------------------------
> Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
> ---------------------------------
> Apakah Anda Yahoo!?
> Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 
>

[Non-text portions of this message have been removed]



         

                
---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]


Kirim email ke