Kontroversi Sumber Nutrisi

Cobalah ketik kata nepenthes di situs pencari Google. Ratusan situs yang 
berhubungan akan bermunculan. Lalu telusuri bagaimana kantong semar dirawat. 
Pasti peringatan pendek ini bakal tertulis, Hati-hati memupuk nepenthes. 
Alih-alih menyuburkan, kantong semar malah gosong. Kalimat yang belum selesai 
itu seolah menjadi sabda: bila tak ingin mati, jangan pupuk nepenthes. Toh, di 
alam periuk monyet itu menyantap serangga untuk mendapat nutrisi. Namun, Ayub S 
Parnata dan M Apriza Suska melawan anggapan umum itu. Entuyut dipupuk sehingga 
kantong bermunculan lebih banyak.

Munculnya nepenthes dari tanaman hutan menjadi tanaman hias koleksi memang 
mengundang perbincangan hangat. Apalagi sifat kantong semar berbeda dengan 
tanaman hias pada umumnya. 'Sumber makanan terbesar diperoleh dari serangga 
yang terjebak di kantongnya. Bukan melewati akar seperti tanaman lain,' kata Ir 
Agustina Listiawati MP, penangkar nepenthes di Pontianak, Kalimantan Barat.

Pernyataan Agustina itu dikuatkan sebuah penelitian di Universitas Victoria, 
Kanada. Yang menjadi sampel ialah N. albomarginata dan N. raflesiana. Daun 
kedua kantong semar itu diekstrak untuk melihat kandungan N dan C-nya. Lalu 
dibandingkan dengan unsur serupa yang berada di tubuh serangga yang dimangsa. 
Ternyata kandungan N dan C daun sama dengan yang terdapat pada serangga. Itu 
menunjukkan bahwa makanan memang diambil dari serangga.

Pengetahuan itu seolah menjadi dalil bagi kegagalan kolektor dan pekebun yang 
melakukan pemupukan. Sebut saja Chandra Gunawan di Sawangan dan Ayub S Parnata 
di Bandung. Keduanya sempat trauma memupuk nepenthes karena tanaman langsung 
mati. Ketika itu belasan pot nepenthes asal Taiwan yang dibawa Chandra pada 
awal 2005 urung menjadi koleksi kebanggaan. Daun ketakung malah mengering 
seperti terbakar. Tanaman pun mati.

Tak dipupuk
Kejadian serupa dialami oleh puluhan hobiis dan nurseri lain. Akibatnya, muncul 
spekulasi bahwa merawat nepenthes tak memerlukan pupuk. Contohnya, Adi Wahyu, 
hobiis di Malang. Di alam periuk monyet tumbuh di lahan kritis. Bila dipupuk 
tanaman malah gosong, ujarnya.

Begitu juga Widyawati, pemilik Rumah Bunga, di Malang. Ia tak pernah memupuk 
nepenthes yang ditanamnya. Sebagai gantinya ia memasukkan 1-2 serangga-seperti 
semut-ke kantong entuyut setiap minggu. Nepenthes pun tumbuh subur dan 
mengeluarkan kantong lebih banyak. Ia beralasan tanaman hutan memang tak 
membutuhkan pupuk. Serangga yang diberikan cukup memenuhi kebutuhan hara 
tanaman.

Cerita sukses Adi Wahyu dan Widyawati merawat kantong beruk tanpa pupuk itu 
didukung oleh penelitian di mancanegara. Di sebuah situs disebutkan bahwa 
pemberian pupuk maupun tanpa pupuk tidak memberi pengaruh signifi kan pada 
pertumbuhan dan pembentukan kantong nepenthes. Nepenthes hanya memberi respon 
pada pemberian zat pengatur tumbuh dan ekstrak vitamin. Warna daun entuyut 
lebih terang bila diberi zat pengatur tumbuh dan vitamin.

Tetap hidup
Karakter unik dari kantong kera itu membuat M Apriza Suska, hobiis nepenthes 
penasaran. Bersama Chandra Gunawan yang tak mau menyerah, ia mengamati puluhan 
nepenthes lokal dan hasil kultur jaringan yang didatangkan dari Malaysia. 
Beragam perlakuan pemupukan dan tanpa pemupukan dilakukan. Pun perlakuan 
beragam media (baca: Rumah Nyaman Periuk Monyet, hal 26). Hasilnya cukup 
mencengangkan, nepenthes tetap hidup meski dipupuk. Bahkan pertumbuhan tanaman 
dan jumlah kantong lebih banyak.

Nun di Bandung, Ayub S Parnata juga melakukan eksperimen serupa. Gagal memupuk 
dengan pupuk kimia, Ayub menggunakan pupuk anggrek ramuan sendiri. Itu berupa 
pupuk organik yang terdiri dari 8 jenis asam amino. Pupuk itu berfungsi 
menumbuhkan mikroorganisme yang menguntungkan nepenthes. Bila tak dipupuk 
tanaman memang tetap bagus, tapi pertumbuhan lambat, tuturnya. Daun mengering 
saat dipupuk akibat dosis yang terlalu tinggi. Sementara nepenthes peka 
pemupukan.

Namun, nepenthes yang dipupuk dengan dosis 0,2%-setara 1 sendok teh per liter 
air- pertumbuhannya luar biasa. 'Kantong lebih besar, pertumbuhan lebih cepat 3 
kali lipat,' ujar Ayub. Dengan dosis itu, kantong entuyut muncul 2-3 bulan 
setelah tanam. Tanpa dipupuk, kantong baru keluar pada umur setahun. Ayub 
memupuk dengan frekuensi seminggu 2 kali dengan cara disemprot. Larutan pupuk 
dimasukkan juga ke kantong yang mulutnya terbuka. Rata-rata setiap kantong 
diberi 1 sendok teh larutan pupuk. Tujuannya agar air di dalam kantong tidak 
mengering. Maklum, di habitat aslinya kantong nepenthes segar umumnya tak 
pernah kering air. Kantong cepat mengering bila air di dalamnya habis. Ayub 
juga menyarankan setiap minggu nepenthes disiram air hujan untuk enyesuaikan 
tanaman dengan kondisi aslinya di alam.
Percepat pertumbuhan

Pro dan kontra pemupukan pada nepenthes hampir mendekati titik akhir. Agustina 
Listiawati akhirnya memilih jalan tengah. Ia memberi pupuk NPK berimbang dan 
pupuk organik dengan dosis sangat rendah, 1/10 dari dosis anjuran. Pupuk NPK 
itu hanya diberikan 6 bulan sekali dan pupuk organik 3 bulan sekali. Sebagai 
tambahan, B1 (campuran vitamin dan zat pengatur tumbuh, red) dengan dosis 1/10 
dari dosis yang dianjurkan disiram berkala.

Penelusuran Trubus di dunia maya menyimpulkan, peringatan berbagai situs agar 
tak memupuk nepenthes memang ditujukan bagi para hobiis. Mereka tak ingin 
hobiis kecewa gara-gara koleksinya mati terbakar setelah dipupuk. Namun, bagi 
para pemilik nurseri, situs-situs itu menyarankan ujicoba dosis terlebih dahulu 
untuk melakukan pemupukan. Pasalnya, pemupukan tetap diakui mempercepat 
pertumbuhan tanaman.

Melalui situs perusahaan, Malesiana Tropical di Malaysia, merekomendasikan 
pemupukan ¼ dosis yang tercantum pada kemasan. Khusus untuk tanaman muda dan 
nepenthes asal dataran tinggi, dosis itu diperkecil. Sekitar 1/6-1/10 dari 
dosis yang dianjurkan. Itu karena keduanya lebih peka terhadap pemupukan.

Begitu juga dengan Borneo Exotic Nursery. Produsen nepenthes di Sri Lanka itu 
hanya menyarankan pemupukan 1/6 dosis anjuran. Pemberian pupuk pun tak boleh 
sembarang waktu. Nepenthes aman diberi pupuk pagi-pagi sekali atau sore 
menjelang malam. Menurut Ayub, daun yang basah oleh larutan pupuk dan langsung 
terkena sinar matahari lebih berpotensi terbakar. Jadi, berhati-hatilah. 
Mulailah memupuk dengan dosis terendah agar nepenthes Anda aman dari kematian. 
(Destika Cahyana/Peliput: Lastioro Anmi Tambunan, Rosy Nur Apriyanti, dan 
Syalita Fawnia Rahman)

Sabtu, 29 Juli 2006 18:08:37
© 2006 Trubus





REKOMENDASI MILIS:
http://groups.yahoo.com/group/hatihatilah
http://groups.yahoo.com/group/relasimania
http://groups.yahoo.com/group/ebookmaniak
http://groups.yahoo.com/group/agromania
http://groups.yahoo.com/group/katasibijak
http://groups.yahoo.com/group/mobilemaniak
http://groups.yahoo.com/group/indogitar
http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu
http://groups.yahoo.com/group/satuXsatu

TIPS PENCARIAN DI GOOGLE:  daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis, 
daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori 
agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun, 
taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian, 
makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji, 
kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura, 
sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek, 
minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa, 
durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir 
/ importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen, 
wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan 
bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga, 
pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, agroindustri, agro 
indonesia. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/agromania/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke