Heboh Nephenthes Pembawa Hoki

Awal April 2006 di AJBS Surabaya. Ayub S Parnata dibantu seorang pegawai baru 
saja menurunkan beberapa dus karton dari sebuah minibus. Mereka tengah bersiap 
untuk menata stan di ajang Surabaya Orchids Show 2006. Belum sempat barang 
dibawa ke dalam ruang pameran, beberapa orang datang menghampiri. Tanpa banyak 
bicara, mereka langsung memilih-milih barang di dalam dus. Dalam hitungan 
menit, 500 pot nepenthes yang dibawa ludes terjual. Dengan harga minimal 
Rp150.000 per pot, Ayub memperoleh pendapatan Rp25-juta. Padahal beberapa jenis 
dijual dengan harga Rp350.000 per pot. Pantas Ayub memilih untuk pulang ke 
Bandung tanpa sempat berpameran.

Kisah manis berlanjut waktu pemilik nurseri Racie Orchids di Bandung itu 
berpartisipasi dalam ekshibisi Bali Orchids Show di Bali 2 bulan berselang. 
Kantong beruk yang dibawa pun laris-manis. Sebut saja misalnya Nepenthes 
gymnamphora, N. rafflesiana, N. bicalcarata, N. mirabilis, dan N. gracilis. 
Destika Cahyana, wartawan Trubus melihat, kantong-kantong beruk setinggi 30 - 
50 cm dalam pot 12 cm dengan cepat berpindah ke tangan pengunjung. Volume 
penjualan selama pameran pada 14 - 20 Juni 2006 itu, 500 pot dengan harga sama. 
Berarti lagi-lagi minimal Rp25-juta masuk ke pundi-pundi Ayub. Benar rupanya 
apa kata Dr Akino W Azzaro, master feng shui di Jakarta Pusat. Nepenthes 
pembawa hoki. (baca: boks kecil halaman 15)

Masih di ajang sama, Agustina Listiawati pun menuai rupiah. Total jenderal, 
penangkar nepenthes di Pontianak itu menuai omzet Rp34-juta. Itu keuntungan 
penjualan 500 pot N. rafflesiana merah muda, N. ampullaria merah, dan N. 
bicalcarata dengan harga Rp75.000 - Rp150.000 per pot.

Penelusuran Trubus ke berbagai daerah, anggota famili Nepenthaceae memang 
tengah digandrungi. Salah satu indikator yang mudah dipantau adalah kisah 
sukses para pemilik nurseri di ajang pameran. Dalam Trubus Agro Expo WTCM2 pada 
18 Mei - 4 Juni 2006, stan Komunitas Tanaman Karnivora Indonesia (KTKI) yang 
dimotori M. Apriza Suska, salah satu yang menyedot perhatian pengunjung.

Maklum stan itu menampilkan beragam jenis ketakung - nama nepenthes di 
Kalimantan - yang menarik. Sebut saja N. gracilis nigropurpurea yang berkantong 
merah kehitaman, N. truncata berdaun seperti hati, dan N. sanguinea yang 
langsing dan kecokelatan. Pantas bila pengunjung rela merogoh kantong Rp50.000 
hingga Rp1,5-juta. Hingga akhir pameran, sebanyak 500 pot terjual.
Nurseri

Pun Vonny Asmarani yang baru 2 kali berekshibisi: pada Surabaya Orchids Show 
(April) dan Bali Orchids Show (Juni). Awalnya saya pesimis. Tapi ternyata 
banyak kolektor yang datang mencari, ujar perempuan yang lebih dikenal sebagai 
penganggrek dan pemain adenium itu.

Para pemain sepakat, mayoritas pembeli adalah hobiis baru. Waktu Trubus mampir 
di stan KTKI pada Trubus Agro Expo WTCM2, beberapa kali penjaga stan terlihat 
memberi penjelasan kepada pengunjung yang datang. Pertanyaan ini tanaman apa 
dan bagaimana bisa menangkap serangga terlontar. Di antara mereka, ada yang 
langsung membeli satu-dua pot.

Tren itu juga mulai terlihat dari penjualan di beberapa nurseri. Setiap bulan 
Agustina Listiawati mengantongi omzet Rp1-juta - Rp2-juta dari penjualan 
nepenthes. Di Banyumas, Tarikin menjual sekitar 20 pot nepenthes per bulan. 
Sementara penjualan rutin Apriza mencapai 200 pot per bulan. Rata-rata jenis N. 
ampullaria, N. ventrata, dan N. rafflesiana yang diminta. Kota Hujan, dari 
nurseri di kawasan Baranangsiang, sejak 8 bulan terakhir Edison menjual 200 pot 
seharga Rp75.000 - Rp100.000 tanaman setinggi minimal 20 cm.
Eksotis

Bukan tanpa alasan jika tahul-tahul - begitu sebutan di sebagian Sumatera - 
digemari. Penampilan tanaman pemakan serangga itu memang impresif. Dari ujung 
daun, keluar kantong yang punya bentuk dan corak beragam. Sebut saja misalnya 
N. ampullaria yang berkantong bulat telur seperti ampul (ampul dalam bahasa 
Latin berarti kandung kemih, red). Atau N. reinwardtiana yang seksi karena 
bentuk kantong berpinggang dan langsing. Ada pula N. rajah yang dinobatkan 
sebagai ketakung berkantong terbesar.

Bentuk kantong di bagian bawah dan atas pun berbeda. Misal kantong roset dan 
kantong bawah N. rafflesiana lebih bulat dan bersayap. Sementara kantong atas 
memanjang, ramping seperti corong, dan tidak memiliki sayap, tutur Rusdi Tamin, 
pakar identifikasi nepenthes dari Universitas Andalas. Warna dan corak kantong 
kobe-kobe - sebutan di Papua - pun beragam - bahkan dalam satu jenis. Trubus 
menemukan N. ampullaria berkantong hijau dengan bibir merah, kantong merah 
bibir merah, kantong merah bibir hijau, kantong merah muda bibir merah muda, 
kantong berbercak 3 warna - tricolor - hingga kantong hijau pucat dan merah 
pekat.

Perbedaan itu akibat pigmen antosianin. Terkadang ditemukan ciri khusus yang 
menarik. N. bicalcarata punya 2 taring di balik tutup kantong. Atau N. truncata 
yang daunnya seperti hati. N. reinwardtiana mudah dikenali dari 2 titik seperti 
mata di bagian dalam kantong. Sementara N. albomarginata punya garis putih 
tepat di bawah bibir. Pantas bila penggemar di mancanegara menjulukinya excotic 
pitcher plant - si pemanjat, merujuk sifat tumbuhnya, yang eksotis.

Paparan Dr Akino W Azzaro, membuat para hobiis kian gandrung pada karukut-en - 
nama di daerah Mandor, Kalimantan Barat. Dalam ilmu feng shui, setiap kantong 
penyerap energi, kata Akino. Dipadu dengan warna, setiap kantong punya makna 
berbeda. Kantong kuning bagus untuk rezeki, sementara kantong merah baik untuk 
yang susah mendapat pasangan. (baca: boks kecil halaman 15)
Tren dunia

Kolektor tak bakal kehabisan barang koleksi. Maklum di dunia terdapat sekitar 
95 spesies yang sudah dipublikasikan. Penyebarannya dari Madagaskar di sebelah 
barat sampai Kaledonia Baru di timur. Mulai Cina Selatan di utara sampai 
Australia di selatan. Sebanyak 70% ada di Indonesia. Di tanahair, ketakung 
menyebar dari Sabang sampai Merauke - kecuali Bali dan Nusa Tenggara.

Itu belum termasuk jenis-jenis hibrida hasil silangan alami dan rekayasa 
manusia. Australia, Jerman, Belgia, Belanda, Jepang, Sri Lanka, dan Malaysia 
beberapa negara yang getol membudidayakan nepenthes. Di Australia, Exotica 
Plant salah satu nurseri besar yang memproduksi hibrida nepenthes, kata Charles 
Clark, penulis buku Nepenthes of Borneo dan Nepenthes of Sumatera, saat 
dihubungi via telepon. Menurut pria asal negeri Kanguru yang puluhan kali 
datang ke Kalimantan itu, di Queensland banyak hobiis melakukan hibridisasi. 
Hasilnya diperbanyak dengan kultur jaringan.

Di negara-negara itu, tanaman pemakan serangga memang lebih dulu dikembangkan. 
Pada November 2004, Lewi Pohar Cuaca - marketing manager Monfori Flora - dibuat 
terkagum-kagum waktu berkunjung ke Pothos Nursery di Belanda. Di dalam sebuah 
greenhouse raksasa, ribuan N. ventrata dan N. alata tumbuh seragam. Tanaman 
sudah mengeluarkan kantong meski tinggi belum sejengkal.

Dengan produksi massal, pantas di sana nepenthes mudah ditemukan dan murah. Dr 
Arief Witarto periset di LIPI, bercerita waktu kuliah di Jepang hingga 2000, ia 
sempat membeli sepot besar N. ventrata seharga 100 yen. Itu setara Rp80.000. 
Ukuran serupa di tanahair - jenis berbeda - bisa dibanderol jutaan rupiah.
Mati

Hasil penelusuran Trubus ke beberapa pemain di Indonesia nepenthes mulai 
populer 1 - 2 tahun terakhir. Semula ia hanya tanaman liar di hutan yang tidak 
dilirik. Setelah dipoles dalam kemasan menarik - dipotkan, dibuat kompak - , si 
buruk rupa jadi putri cantik. Apalagi beberapa pemain mendatangkan jenis hasil 
kultur jaringan. Penampilan tanaman hasil budidaya itu lebih menarik. Trubus 
melihat N. ventrata di nurseri Dr Purbo Djojokusumo di Ciawi, Bogor, dipenuhi 
kantong. Padahal itu turunan dari induk asal Belanda yang dibeli dalam sebuah 
pameran di Jakarta pada 1999.

Meski begitu, bukan berarti mengoleksi si kantong beruk tanpa kendala. Meilfin 
Roza di Jakarta sempat berhenti mengoleksi nepenthes gara-gara ketakung yang 
ditemukan di pedalaman Sumatera Barat mati setelah 2 bulan dirawat. Mungkin 
karena itu jenis dataran tinggi. Jadi tidak bisa hidup di dataran rendah, kata 
pengusaha jasa perkapalan itu. Itu juga yang dialami Wahyu Nano waktu mendapat 
N. gymnamphora asal Gunung Semeru.

Tanaman asal hutan itu pun sulit diperbanyak. Pengalaman Purbo, 90% setek 
nepenthes hutan mati. Diduga media tidak tepat dan kelembapan kurang jadi 
penyebab. Nepenthes menyukai media bersifat asam dan porous. Pertama kali 
merawat nepenthes, Ir Uhan Suharlan menggunakan media moss. Namun, tanaman 
justru membusuk. Moss terlalu basah untuk digunakan di nurseri di Cangkuang, 
Kabupaten Bandung. Apalagi setiap pagi dan sore kantong beruk disiram. Perkara 
tanaman mesti dipupuk atau tidak pun sempat jadi kontroversi. Koleksi pertama 
Chandra Gunawan yang dibawa dari Thailand daunnya terbakar setelah dipupuk.

Pantas bila Wahyu Nano memilih untuk tidak memupuk nepenthes. Widyawati di 
Malang mencemplungkan semut dan serangga lain daripada memberi pupuk, mengikuti 
pola makan nepenthes di alam. Itu berbeda dengan yang dilakukan Apriza dan Ayub 
S Parnata. Keduanya memupuk tapi dengan dosis sangat ringan.

Candu
Toh bila batu sandungan bisa diatasi, kecintaan pada nepenthes menjadi-jadi. 
Sekali berhasil merawat kantong beruk, Meilfin keranjingan mengoleksi. Ia rela 
menggelontorkan jutaan rupiah untuk mendapatkan N. bicalcarata setinggi 2 m 
yang digelayuti 22 kantong raksasa. Itu untuk melengkapi koleksi.

Ceko Mulyando di Bogor sampai-sampai dijuluki bandar nepenthes oleh rekan-rekan 
di kampus lantaran getol memperkenalkan kantong beruk yang jadi koleksi 
kebanggaan. Sementara Adrian Yusuf Baroto - mahasiswa Jurusan Agribisnis 
Universitas Muhammadiyah Malang, gandrung nepenthes sejak kelas 4 SD. Hobiis 
baru pun bermunculan. Di Surabaya ada Ferry Siamena, Agus Setyo Yudhanto, dan 
Yanuar Zulfendi. Di Medan ada Lely Herlina, di Pekanbaru Djuharman Arifi n, 
serta Ivan di Bandung. Gara-gara mengoleksi kantong beruk mereka yang semula 
tak saling kenal jadi sering berkumpul. Euforia si periuk monyet pun terlihat 
dari penambahan jumlah anggota milis nepenthes dan Komunitas Tanaman Karnivora 
Indonesia.

Beberapa pemain mulai serius melirik bisnis nepenthes. Sebut saja Drs Suparta 
Diut. Sejak 3 tahun terakhir, anggota DPRD Kabupaten Katingan, Kalimantan 
Tengah, itu memperbanyak nepenthes dengan cara setek, memisah anakan, dan 
menumbuhkan biji. Tanaman induk dikumpulkan dari lahan kosong seluas 25 ha 
milik sendiri. Total jenderal, kini terdapat 4.000 pot di nurserinya. Itu juga 
yang dilakukan Abdul Kadir di Pontianak dan dan Abdus Samad di Sanggau, 
Kalimantan Barat. Budidaya itu untuk menghindari eksploitasi tanaman di hutan.

Maklum berdasar kriteria International Union for the Conservation of Nature dan 
World Conservation Monitoring, nepenthes digolongkan sebagai tanaman langka. 
Convention on International Trade of Endangered Spesies (CITES) memasukkan 
kantong beruk dalam Apendiks 2, kecuali N. rajah yang masuk Apendiks 1. 
Apendiks 1 berarti tanaman hampir punah. Sementara Apendiks 2, langka. 
Nepenthes boleh diperdagangkan asal berasal dari hasil penangkaran.

Belakangan beberapa pengusaha mencoba memperbanyak ketakung dengan cara kultur 
jaringan. PT Monfori Flora mulai memperbanyak N. ampullaria dan N. rafflesiana 
di laboratorium di Parung, Bogor.

Sementara Uhan Suhanta bekerjasama dengan kolega di Malaysia 
mengkulturjaringankan berbagai jenis. Para pemain getol memperbanyak karena 
pasar nepenthes tak melulu lokal. Permintaan dari Kanada urung Ayub layani 
karena stok terbatas. Sementara Lanny Lingga rutin memasok ke Taiwan. Rupanya 
seperti kata Dr Akino, kantong nepenthes membawa hoki dan rezeki. (Evy 
Syariefa/Peliput: Destika Cahyana, Dian Adijaya Susanto, Lastioro Anmi 
Tambunan, Rosy Nur Apriyanti, dan Syalita Fawnia Rahman)

Selasa, 25 Juli 2006 12:19:54
© 2006 Trubus






REKOMENDASI MILIS:
http://groups.yahoo.com/group/hatihatilah
http://groups.yahoo.com/group/relasimania
http://groups.yahoo.com/group/ebookmaniak
http://groups.yahoo.com/group/agromania
http://groups.yahoo.com/group/katasibijak
http://groups.yahoo.com/group/mobilemaniak
http://groups.yahoo.com/group/indogitar
http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu
http://groups.yahoo.com/group/satuXsatu

TIPS PENCARIAN DI GOOGLE:  daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis, 
daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori 
agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun, 
taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian, 
makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji, 
kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura, 
sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek, 
minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa, 
durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir 
/ importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen, 
wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan 
bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga, 
pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, agroindustri, agro 
indonesia. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/agromania/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke