Walet Tidak Tularkan Flu Burung!

Dugaan virus flu burung atau avian influenza ditularkan oleh burung-burung 
migrasi telah menyeret burung walet dan seriti menjadi tertuduh. Karena 
hipotesis itu para pengusaha walet dirugikan. Sebut saja, Andriyadi di 
Tabalong, Kalimantan Barat, puluhan kilogram sarang waletnya tak dibayar 
gara-gara diisukan terkontaminasi virus avian. Padahal, walet bukan burung 
migran yang dapat menularkan wabah flu burung.

Semua itu berawal dari kematian Iwan Siswara di Tangerang, Banten, setahun 
silam. Berdasarkan wawancara yang disiarkan sebuah radio swasta di Jakarta, 
sebelum Iwan terpapar wabah flu burung, ada serombongan burung melintas di 
kawasan rumahnya. Burung yang hendak migrasi dari Asia menuju Australia itu 
sempat menclok di sesuhunan dan membuang kotoran. Dari kotoran itulah virus flu 
burung menjangkiti ayah dua anak itu hingga meninggal.

Avian influenza memang dapat menyebar sangat cepat di antara populasi unggas, 
bahkan dari peternakan satu ke peternakan lain. Ia menimbulkan risiko kematian 
tinggi. Namun, virus flu burung biasanya host-specific, mempunyai inang 
tertentu yang spesifik. Seperti virus H5N1 dan H9N2 hanya menginfeksi burung. 
Meski kadang-kadang menulari babi, kuda, ikan paus. Bahkan manusia pun bisa 
tertular bila virus itu berevolusi terlebih dahulu: mengubah diri melalui 
antigenic drift dan antigenic shift.

Burung migran
Selama ini diduga virus avian influenza (AI) disebarkan oleh burung-burung liar 
yang bermigrasi hingga ribuan kilometer. Misalnya burung layang-layang, 
belibis, pelikan, dan angsa. Mereka bermigrasi pada musim dingin dari 
negara-negara subtropis ke negara tropis yang sedang musim panas. Burung-burung 
liar lokal yang berbaur dengan burung-burung migran pembawa virus AI ikut 
tertular. Oleh karena itulah walet, seriti, dan burung layang-layang di 
tanahair yang notabene burung liar dicap sebagai penyebab penularan virus flu 
burung.

Menurut hemat penulis, burung layang-layang dari keluarga Hirudinidae itu 
mempunyai potensi untuk menyebarkan penyakit flu burung, tapi walet dan seriti 
tidak. Mengapa? Keduanya mempunyai habitat dan perilaku berbeda. Burung 
layang-layang atau dalam bahasa Inggris disebut swallow temasuk burung yang 
bermigrasi. Ia terdapat di mancanegara baik di negara subtropis maupun tropis, 
seperti di Jerman, Belanda, Inggris, Venezuela, Kolumbia, Peru, dan Equador.

Sementara walet dan seriti hanya terdapat di Indonesia, Malaysia, Vietnam 
Selatan, Thailand Selatan, Philipina Selatan, Myanmar, serta di Pulau Andaman 
dan Nicobar di India. Anggota keluarga Apodidae itu sama sekali tidak 
bermigrasi. Pindah dari satu pulau ke pulau lain yang berdekatan pun tidak 
pernah terjadi. Sebab, kemampuan terbang walet dan seriti hanya sejauh radius 
25-30 km. Kecuali dalam keadaan darurat seperti ketika kebakaran hutan di 
Sumatera dan Kalimantan, sebagian pindah atau menyelamatkan diri ke Malaysia.

Persamaan antara burung layang-layang dengan walet dan seriti hanya sebatas 
jenis pakan, yakni serangga terbang seperti laron dan beragam jenis kutu 
berukuran kecil. Namun, martin-sebutan lain burung layang-layang-pakannya lebih 
beragam karena bisa bertengger di ranting-ranting tanaman. Ia bisa menyantap 
semut dan ulat-ulat daun sambil berteduh di rerimbunan pohon. Sedangkan walet 
tidak mampu melakukannya.

Tak berbaur
Walet dan seriti jelas berbeda dengan burung layang-layang. Keduanya tak pernah 
berbaur, sehingga kemungkinan tertular virus AI yang dibawa burung migran 
seperti burung layang-layang, hampir nol. Mereka juga tidak mungkin tertular 
virus mematikan itu dari peternakan-peternakan unggas. Sebab, kaki walet maupun 
seriti mengalami rudimenter alias pertumbuhannya tidak sempurna. Kedua kakinya 
tidak bisa hinggap di kandang ayam atau di tanah, melainkan hanya untuk 
bergantung di sarangnya.

Jadi, walet dan seriti bebas dari peluang terinfeksi kotoran di tanah yang 
mengandung virus AI. Makanya, tertular saja tidak, bagaimana mungkin walet 
menularkan virus AI pada unggas maupun manusia? Apalagi walet dan seriti 
sepanjang hari terbang. Kesempatan bersinggungan dengan manusia dan 
unggas-unggas lain sangat kecil. Menyantap pakan pun dilakukan walet sambil 
terbang.

Lebih-lebih jika dilihat dari habitatnya. Collocalia fuciphaga itu umumnya di 
dataran rendah dan maksimal di ketinggian 500 m dpl. Habitat seperti itu 
kondisinya panas dan lembap. Sedangkan virus flu burung lebih tahan hidup di 
udara dingin. Ia tidak tahan terhadap panas. Di udara terbuka, di bawah sinar 
matahari akan mati hanya dalam hitungan 3-4 menit. Oleh karena itulah kasus 
kematian oleh virus flu burung lebih banyak di daerah subtropis.

Sebaliknya di daerah tropis seperti Indonesia sangat kecil. Jauh lebih kecil 
bila dibandingkan angka kematian akibat demam berdarah, misalnya. Sesunguhnya 
manusia tidak mudah terinfeksi virus AI. Ini terbukti dari hasil pemeriksaan 
darah para pekerja di peternakan-peternakan yang ayamnya mati terpapar flu 
burung. Di sana tak seorang pun yang terindikasi positif tertular AI. Alangkah 
bijaksananya bila sebelum ada bukti, jangan tuduh walet dan seriti sebagai 
salah satu biang kerok penyebar maut. (drh Nugroho, ahli penyakit hewan 
sekaligus ketua Asosiasi Perwaletan Indonesia)

Selasa, 21 Februari 2006 14:41:40
© 2006 Trubus





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/WktRrD/lOaOAA/yQLSAA/LIjxlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

REKOMENDASI MILIS:
http://groups.yahoo.com/group/hatihatilah
http://groups.yahoo.com/group/relasimania
http://groups.yahoo.com/group/ebookmaniak
http://groups.yahoo.com/group/agromania
http://groups.yahoo.com/group/katasibijak
http://groups.yahoo.com/group/mobilemaniak
http://groups.yahoo.com/group/indogitar
http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu
http://groups.yahoo.com/group/satuXsatu

TIPS PENCARIAN DI GOOGLE:  daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis, 
daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori 
agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun, 
taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian, 
makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji, 
kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura, 
sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek, 
minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa, 
durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir 
/ importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen, 
wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan 
bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga, 
pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, agroindustri, agro 
indonesia. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/agromania/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke