Dengan Pasir Memangkas Waktu

Sebuah bedengan batako berukuran 1, 52 m x 9, 15 m itu dipenuhi seratus 
brokoli. Sayuran bunga itu bernas, padat berisi, walau umurnya baru 40 hari. 
Tinggi tanaman yang dibudidayakan di Pasirmulia, Kota Bogor, berketinggian 200 
m dpl itu sekitar 35 cm. Meski demikian John Maksurilla MSc memanennya. 
Lazimnya brokoli ditanam di ketinggian 800 m dpl dan dituai pada umur 60 hari. 
John Maksurilla memangkas waktu panen hingga 10 -20 hari. Ketika ditimbang, 
bobot sebuah brokoli mencapai 400 -500 gram.

Di sana John mengelola 7 bedengan. Semua terbuat dari batako setinggi 20 cm. 
Bedengan-bedengan ditanami beragam sayuran dengan teknologi hidroponik. Selain 
brokoli, master Pertanian alumnus Limo Linda University, California, Amerika 
Serikat, itu menanam bit, bunga kol, kubis merah, pakcoy, selada, jagung, dan 
padi.

Bunga kol yang ditanam John juga lebih cepat panen, umur 39 hari;lazimnya, 55 
hari. Sebuah bedengan terdiri atas 100 - 130 tanaman menghasilkan 50 -65 kg 
bunga kol. Biaya produksi untuk menghasilkan bunga kol itu mencapai Rp1, 8-juta 
per boks atau Rp630-juta per hektar. Biaya untuk membuat boks dan media sebesar 
Rp1, 6-juta per boks atau Rp560-juta per hektar. Sisanya untuk bibit, pupuk, 
dan perawatan.

Biaya itu jauh lebih tinggi dibanding cara konvensional. Menurut 
hitung-hitungan Helmin Sukandi, pekebun bunga kol di Desa Wangunsari, Kecamatan 
Lembang, Kabupaten Bandung, biaya produksi untuk menanam bunga kol Rp900 per 
tanaman. Populasi 1 ha 22.000 -23.000 tanaman sehingga total biaya produksi 
Rp19,8-juta -Rp20,7-juta per hektar. Meski lebih mahal, sistem yang diterapkan 
John memiliki kelebihan. Biaya untuk media dan boks hanya dikeluarkan di awal 
investasi sebab tahan seumur hidup. Selanjutnya, cukup mengeluarkan biaya 
penanaman.

Untuk menanam bunga kol memerlukan biaya sekitar Rp200-ribu per boks atau 
Rp70-juta per hektar. Bunga kol itu dijual langsung ke konsumen di Jakarta. 
Harganya relatif tinggi ketimbang harga sayuran yang dibudidayakan secara 
konvensional, yaitu Rp12.000 per buah.

Untuk setiap boks, John meraup omzet Rp1, 2-juta atau Rp420-juta per hektar. 
Sedangkan Helmin, dari total produksi 30 ton per hektar dan harga jual Rp1.500 
per kg, memperoleh pendapatan Rp45-juta per hektar. Artinya, membudidayakan 
sayuran dengan teknologi hidroponik ala John menguntungkan. Ia menyebut 
temuannya dengan nama hydro grow box agriculture (HGBA).

Media pasir
Brokoli, kubis merah, dan bunga kol lumrah ditanam di ketinggian 800 dpl. 
Namun, John menanamnya di Kelurahan Pasirmulia, yang termasuk dataran rendah. 
Menurut pria kelahiran 29 Desember 1923 itu, kunci keberhasilan teknik HGBA 
adalah media dan nutrisi. Ia menggunakan pasir dan serbuk gergaji sebagai 
media. Media pasir mampu menahan akar, sedangkan serbuk gergaji sangat baik 
mengikat nutrisi. Kedua media dicampur dengan komposisi 1:3 untuk mengisi kotak 
berukuran 1, 52 m x 9, 15 m x 0, 2 m. Volumenya 0,75 m3 pasir steril dan 2,25 m 
3 serbuk gergaji. Pasir disaring menggunakan saringan ukuran 200 mesh atau 0, 5 
mm. Penyaringan sekaligus pencucian untuk menghilangkan lempung dan zat asam 
atau basa pada pasir.

Tahap selanjutnya membuat boks dari batako berongga ukuran 20 cm x 40 cm x 5 cm 
dan bata merah. Untuk membuat kotak ukuran 1,52 m x 9,15 m x 0,2 m, perlu 56 
-60 batako dan 96 bata merah. Bata merah disusun membentuk persegi panjang 
dengan posisi tidur sebagai pondasi. Setelah itu batako ditata di atas bata 
merah. Antara bata merah dan batako dilapisi plastik. Jika tidak, rongga antara 
bata merah dan batako tersumbat dan menghambat drainase.

Kotak batako tidak dilapisi adukan semen karena menghambat drainase air. Agar 
kokoh, antarruang batako dijepit besi berbentuk U yang dikaitkan ke batako. 
Luasan 1 hektar menampung 350 boks. “Petani tidak boleh mengubah ukurannya, 
sebab bisa mengubah komposisi pupuk,” ujar pria kelahiran Leuwiliang, Bogor, 83 
tahun silam itu.

Sebelum diisi media, ditaburkan 4,5 kg kapur gypsum atau dolomit di dasar boks 
untuk menjaga pH tetap netral. Setelah itu media dimasukkan ke dalam kotak, 
kemudian diratakan dengan garu.

Sebelum ditanami, media diberi pupuk pratanam, disebut pupuk paket A. Jenisnya 
NPK dengan dosis 8, 1 kg per boks untuk merangsang akar tanaman. Pupuk 
disebarkan merata dengan garu, lalu disiram air agar meresap. Setelah itu media 
ditugal dengan jarak tanam 25 cm x 40 cm. Sebuah boks terdiri atas 100 -130 
tanaman. Jarak tanam sama untuk semua jenis tanaman sayuran. Selanjutnya, bibit 
berumur 2 minggu dengan jumlah daun 3 -4 helai ditanam di bedengan itu. Usai 
penanaman John langsung memberi pupuk amonium sulfat, Mg, KCl, dan biamonium 
fosfat, total 600 g yang di larutkan dalam 200 liter air. Fungsinya 
mempertahankan bibit yang baru di tanam agar kokoh. Pupuk disemprotkan merata 
dengan gembor.

Delapan jam berselang, 600 g pupuk paket B diberikan per boks. Selain 
mengandung unsur makro seperti kalsium dan ZA, pupuk paket B juga mengandung 
unsur mikro seperti Mg, Cl, S, Bo, Fe, Mn, Zn, Cu, dan Mo. Setelah ditaburkan, 
lalu disiram agar pupuk meresap dalam media. Pupuk diberikan 3 hari 
berturut-turut setelah tanam, berikutnya seminggu sekali. Pemupukkan dihentikan 
2 minggu sebelum panen.

Penyiraman setiap hari pukul 15.00 pada musim kemarau;hujan, tidak perlu setiap 
hari, tergantung intensitas hujan.

John menerapkan teknologi HGBA di lahan terbuka. Untuk menyiasati iklim, ia 
menambah takaran pupuk paket B menjadi 700 g per boks pada kemarau. Penguapan 
saat kemarau tinggi sehingga pupuk yang telah larut dalam air saat penyiraman, 
turut menguap. Jadi, penambahan nutrisi itu untuk cadangan hara. Jika muncul 
hama atau penyakit, John menyemprotkan Dethane M45 dan Curacron masing-masing 3 
g dan 1, 5 cc per liter. Untuk menyemprot satu boks diperlukan sekitar 10 liter 
larutan. Penyemprotan hanya dilakukan jika muncul serangan hama.

Dua windu
Ide HGBA bukan hasil pemikiran sekejap. John Maksurilla telah mempraktekkannya 
sejak 1988. Saat bekerja di sebuah perusahaan tambang timah di Kelapakampit, 
Bangka Belitung, ia memimpin proyek rehabilitasi lahan bekas tambang yang 
diubah menjadi lahan pertanian. Namun, kondisi lahan marginal sulit diperbaiki. 
Akhirnya, teknologi hidroponik menjadi pilihan.

Pengetahuan hidroponik ia dapatkan dari Tafe College, Brisbane, Australia dan 
Limo Linda University , California, Amerika Serikat, masing-masing 3,5 tahun. 
Selesai menimba ilmu pada 1977, John membangun instalasi hidroponik seluas 2 
hektar. Hambatannya keterbatasan sumber daya manusia untuk mengoperasikannya. 
Oleh sebab itu, ia berpikir untuk menyederhanakannya. Pada 1988, munculah ide 
HGBA. Ia membangun 772 boks pada lahan 2 hektar yang ditanami pakcoy, sawi 
putih, wortel, seledri, dan kentang. Dari 700 boks yang ditanami, dihasilkan 
1,5 -2,5 ton/hari.

Menurut Ismet Hakim, praktikus hidroponik di Sukabumi, Jawa Barat, teknik HGBA 
yang dikembangkan John Maksurilla belum disebut hidroponik. Musababnya, nutrisi 
diberi terpisah, tidak dilarutkan dalam air. “Itu seperti teknik penanaman 
intensif. Hanya saja medianya bukan tanah, ” ujar Ismet. Hal senada dilontarkan 
Yos Sutiyoso, pakar hidroponik. “Pengertian hidroponik kan artinya 
memberdayakan air. Nutrisi diberikan dengan cara dialirkan (fertigasi, red ). 
Oleh sebab itu, nutrisi harus dilarutkan dalam air,” kata Yos.

Yos Sutiyoso mengakui adanya kesimpangsiuran pengertian hidroponik. 
Membudidayakan tanaman di media nontanah, diklaim sebagai hidroponik. Menurut 
Asep Tisna, pekebun paprika hidroponik di Parongpong, Kabupaten Bandung, 
teknologi yang diterapkan John termasuk hidroponik. Sebab serupa dengan media 
arang sekam yang selama ini juga disebut hidroponik substrat. Cara itu banyak 
diterapkan pekebun paprika di Jawa Barat.

Terlepas perbedaan persepsi tentang hidroponik, toh teknik HGBA sanggup 
memangkas waktu panen dan meningkatkan produktivitas. (Imam Wiguna/Peliput: 
Sardi Duryatmo)

Sabtu, 01-April-2006, 10:04:47
© 2006 trubus





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/LIjxlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

REKOMENDASI MILIS:
http://groups.yahoo.com/group/hatihatilah
http://groups.yahoo.com/group/relasimania
http://groups.yahoo.com/group/ebookmaniak
http://groups.yahoo.com/group/agromania
http://groups.yahoo.com/group/katasibijak
http://groups.yahoo.com/group/mobilemaniak
http://groups.yahoo.com/group/indogitar
http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu
http://groups.yahoo.com/group/satuXsatu

TIPS PENCARIAN DI GOOGLE:  daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis, 
daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori 
agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun, 
taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian, 
makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji, 
kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura, 
sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek, 
minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa, 
durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir 
/ importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen, 
wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan 
bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga, 
pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, agroindustri, agro 
indonesia. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/agromania/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke