Gengsi Bonsai Tak Pernah Pudar

Bagi pecinta tanaman, istilah bonsai tentu tak asing lagi. Tanaman yang di alam 
sejatinya raksasa, bisa dibuat sedemikian rupa sehingga hadir dalam bentuk 
mungil tanpa kehilangan kesan tua. Seni mengerdilkan pohon ini mulai dikenal di 
China sejak ribuan tahun lalu, diserap Jepang dan dikembangkan hingga kemudian 
menyebar ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.
Untuk bisa menghasilkan detail sebuah bonsai yang menampilkan lekuk akar, 
kekokohan dengan rimbunnya dedaunan bahkan bunga atau buah, dibutuhkan waktu 
dan ketelatenan yang amat prima. Untuk bonsai kelas jawara, 'seniman' bonsai 
malah membutuhkan waktu belasan hingga puluhan tahun agar bisa tampil prima dan 
menghadirkan pesona yang membuat penikmatnya tak pernah bosan memandangi.

Pekan lalu Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) DKI dan Perkumpulan 
Penggemar Suiseki Indonesia (PPSI) menggelar pameran nasional bonsai di Mangga 
Dua Square selama delapan hari. Berderet tanaman dengan berbagai gaya merujuk 
pada bentuk mahkota pohonnya a.l. formal upright, informal upright, slanting 
style, cascade, dan semicascade yang alami.

Ada pula tampilan dengan gaya landscape (pemandangan), clam (berbatang banyak), 
bunjin atau literate (meliuk-liuk seperti huruf China), wind swept (tiupan 
angin), informal, slanting, dan moyogi. Dalam arena bonsai internasional, nama 
Indonesia sudah menempati kasta tersendiri sejak sukses menyelenggarakan 
pameran bonsai Asia Pasific Bonsai Convention and Exhibition (ASPAC) di Nusa 
Indah Convention Center Hotel, 15 tahun silam.

Perkembangan Indonesia yang pesat membuat seluruh anggota ASPAC mempercayai 
negeri ini menjadi tuan rumah pameran bonsai dan suiseki akbar ke 9 tahun depan 
di Bali. Meski indah, harus diakui pemasukan dari bisnis pohon bonsai lebih 
mirip ular alias sesekali, namun langsung dalam nilai nominal yang besar, 
sedangkan tanaman hias justru lebih rutin atau rutin diburu penggemarnya.

"Kita ini mirip ular. Sekali mencaplok bisa besar sekali. Setelah itu tidur 
untuk waktu yang cukup lama. Karena itu harus pintar-pintar manajemen," ujar 
Syamsul Hadi, seniman yang sekaligus pedagang bonsai asal Banyuwangi. Seniman 
bonsai tidak menomorsatukan uang, tetapi lebih kepada kesabaran, jiwa seni, dan 
jiwa petualang. Kesabaran diperlukan untuk memelihara, sedangkan jiwa seni 
berperan saat membentuk tajuk tanaman, dan jiwa petualangan diperlukan saat 
memburu bakalan bonsai dari alam.

"Paling baik memang membuat bonsai dari biji atau stek. Tapi itu butuh waktu 
lama. Jalan tengahnya ya memburu bakalan bonsai dari alam dan itu tidak 
gampang. Kadang harus masuk hutan atau berlayar ke pulau-pulau terpencil," ujar 
Hatra Oskahar atau Han Ceng. Jika ogah menantang angin atau digigit nyamuk 
hutan, bisa juga membeli 'bahan baku' dari petani atau pemburu yang biasanya 
ditampung oleh pengepul dengan rentang harga bervariasi dari Rp5.000 hingga 
Rp500.000.

Bahan baku itu lantas mulai dibentuk dengan kawat aluminium atau tembaga ukuran 
1 hingga 6 mm untuk memberikan kesan patah, berkibar atau merunduk tertiup 
angin kencang. Jika tahap pembentukan sudah berhasil maka bonsai berukuran 
kecil saja harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Harga akan terus 
bertambah hingga ratusan juta rupiah jika bonsainya disebut sudah jadi dan 
mendapat kategori A atau juara.

"Namun, untuk menghasilkan bonsai seperti itu perlu kesabaran, karena 
membutuhkan waktu hingga belasan sampai puluhan tahun," ujar Denny Najoan yang 
menggeluti bonsai sejak umur 17 tahun. Bagi pembeli dari kaum perempuan, mereka 
tidak melihat gaya namun lebih suka bonsai yang berbunga atau berbuah karena 
sedap dipandang.

Tak sekadar hobi
Perkembangan bonsai di Indonesia berbeda dengan di China dan Jepang. Pasalnya, 
di kedua negara itu Bonsai merupakan bagian dari ibadah. Sementara di 
Indonesia, bonsai tak lebih merupakan hobi semata. Meski begitu bonsai sanggup 
menyatukan orang dari kasta berbeda-beda dalam sebuah kegiatan yang sama. "Tiap 
hari di safe house [sekaligus tempat berdagang] saya di Pluit, sudah biasa jadi 
tempat ngumpul bapak-bapak stres yang pulang dari kantor tapi malas pulang ke 
rumah. Tapi bagusnya mereka kumpul untuk membicarakan bonsai," tutur Han Ceng.

Anda sudah maklum kalau yang disebut 'bapak-bapak stres' oleh Han Ceng tentu 
saja pekerja kantoran dari kelas menengah ke atas yang sudah tidak punya 
masalah dengan finansial. Bahkan demi pameran dan kumpul-kumpul sesama penggila 
bonsai, seorang pehobi asal Yogyakarta tanpa pikir panjang meninggalkan 
rumahnya yang tidak bisa dihuni lagi, karena dilanda gempa.

"Rumah di Mangkubumi sudah tidak bisa dihuni lagi. Tapi untung bonsai-bonsai 
saya tidak apa-apa," ujar Sukris Dwi Ruwanto yang mengusung dua koleksinya ke 
Jakarta. Sayangnya, hobi ini masih sulit membetot minat generasi muda yang 
sering kurang sabar memelihara bonsai. Akibatnya, regenerasi di hobi ini 
berjalan lambat jika dibandingkan hobi lain.

Hal itu diakui dua juri pameran kali ini, M Umar HS dari Surabaya dan W. Sawala 
dari Sidoarjo yang kesulitan mencari generasi baru dari anak-anak muda 
penggemar bonsai. Padahal dengan bonsai orang bisa hidup berkecukupan tanpa 
harus frustrasi bekerja di kantor. Syaratnya telaten, sabar, tekun sekaligus 
rajin mengembangkan perkenalan dengan sesama pehobi bonsai.

Sawala juga mengingatkan bonsai produk Indonesia punya pesona bagi kolektor 
dari negara lain. Mulai dari pehobi di Asia Tenggara, Eropa, Amerika hingga 
Timur Tengah rajin menyambangi pasar dalam negeri.

Sertifikasi & standardisasi
Pasalnya, dari seluruh anggota ASPAC baru Indonesia yang memiliki sistem 
sertifikasi dan standardisasi bagi bonsai yang dipamerkan. Kriterianya dari 
madya atau belum pernah pameran dan utama yang menampilkan bonsai unggul.

"Indonesia adalah satu-satunya bahkan negara pertama yang memiliki sertifikasi 
dan standardisasi di bidang bonsai. Sebentar lagi kita melangkah pada gaya 
Indonesia," tutur Denny Najoan. Adanya sistem sertifikasi dan standardisasi 
membuat mutu di bidang bonsai bisa terjaga dan diharapkan bisa meningkatkan 
apresiasi masyarakat awam terhadap seni mengerdilkan pohon ini.

Alasannya sudah menjadi rahasia umum kalau masyarakat Indonesia lebih 
menghormati bonsai luar negeri yang belum tentu memiliki kualitas baik atau 
menghargai waktu yang dihabiskan oleh seniman bonsai. Satu-satunya negara yang 
memberikan apresiasi penuh terhadap bonsai adalah Jepang. Hasilnya, hobi bonsai 
adalah hobi prestisius dengan nilai nominal selangit bahkan kadang tak bisa 
dihargai dengan uang.

Bahkan banyak orang kaya bilang, lebih baik beli bonsai daripada beli mobil 
mewah. Bagaimana dengan Anda? ([EMAIL PROTECTED])

Oleh Algooth Putranto
Wartawan Bisnis Indonesia
Minggu, 18-JUN-2006
Copyright © PT. Jurnalindo Aksara Grafika






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/LIjxlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

REKOMENDASI MILIS:
http://groups.yahoo.com/group/hatihatilah
http://groups.yahoo.com/group/relasimania
http://groups.yahoo.com/group/ebookmaniak
http://groups.yahoo.com/group/agromania
http://groups.yahoo.com/group/katasibijak
http://groups.yahoo.com/group/mobilemaniak
http://groups.yahoo.com/group/indogitar
http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu
http://groups.yahoo.com/group/satuXsatu

TIPS PENCARIAN DI GOOGLE:  daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis, 
daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori 
agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun, 
taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian, 
makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji, 
kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura, 
sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek, 
minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa, 
durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir 
/ importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen, 
wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan 
bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga, 
pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, agroindustri, agro 
indonesia. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/agromania/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke