4 bulan Panen Gurami

Pagi itu awal Juni 2005, dua pekerja hilir-mudik menggotong drum-drum plastik 
berisi 2.500 benih gurami berbobot 190-200 g/ekor. Isi drum lantas dituang ke 
dalam 4 kolam tanah berukuran 125- 200 m2. Oktober 2005, dari kolam sama dijala 
1,5 ton Osphoronemus gouramy berbobot rata-rata 500 g. Dengan pendapatan 
Rp27-juta, Tony H. Putra, sang pemilik kolam, menangguk laba Rp9-juta dalam 4 
bulan

Padahal sudah menjadi rahasia umum, memelihara gurami memakan waktu lama. 
Paling cepat anggota famili Anabantidae itu dipanen setelah setahun dipelihara. 
Tony memangkas waktu pemeliharaan dengan menebar benih ukuran tampelan, 190-200 
g/ekor. Peternak lain lazimnya memakai benih ukuran bungkus korek berumur 70 
hari.

Agar bobot ikan mencapai 500 g/ekor saat panen, alumnus Fakultas Ekonomi 
Universitas Parahyangan, Bandung, itu pun menerapkan pemeliharaan intensif. 
Kualitas air dipantau. Padat penebaran diatur tidak melebihi 5 ekor/m2. Ikan 
diberi pakan pelet dan daun sente masing-masing 1,5% dan 6% dari bobot 
tubuh/hari.

Pola itu membuat pertumbuhan ikan mencapai 25%/bulan. Tingkat kelulusan hidup 
99% selama 4 bulan pemeliharaan. Hasilnya dari satu kolam berukuran 200 m2, 
penggemar trolling-memancing di laut-itu memanen 643 kg gurami. Sebanyak 857 kg 
didapat dari 3 kolam lain berukuran 125 m2 dan 136 m2. Di tangan pengepul, 
gurami itu dihargai Rp18.000/ kg. Total penjualan mencapai Rp27-juta. Setelah 
dikurangi biaya sebesar Rp18-juta, penghobi olahraga golf itu mengantongi 
keuntungan Rp9-juta. 

Laba yang lumayan menggiurkan dari luasan kolam sekitar 500m2 dalam 4 bulan. 
Padahal di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, salah satu pemilik 
PT Tirta Anugerah Nusantara itu bersama 2 sahabat dekatnya mengelola 20 kolam.

Permintaan tinggi
Laba memikat juga diperoleh Rusli Susilo dari usaha pembesaran guraminya di 
Batangkuis, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pensiunan sebuah perusahaan otomotif 
terkemuka di Jakarta itu memanen 1,2 ton/bulan gurami dari 40 kolam berukuran 
20 m x 5 m secara bergiliran. Jumlah itu untuk memenuhi permintaan seorang 
bandar di Medan.

Sekali panen 3-4 kolam dikuras. Selesai panen kolam dikeringkan, lalu dipupuk 
ulang. Selang 10 hari kemudian benih berbobot 190-200 g/ekor ditebar. Dalam 4 
bulan, gurami konsumsi siap dipanen. Dari usaha itu distributor nutrisi 
probiotik itu memperoleh pendapatan Rp21,6-juta/bulan. Pendapatannya bakal 
mengganda jika total permintaan bandar 3 ton/bulan bisa dipenuhi.

Usaha pembesaran juga dipilih Sujudi di Cilacap, Fajar Purnama di Yogyakarta, 
dan H. Aos Koswana di Tasikmalaya. Bukan tanpa alasan mereka menekuninya. 
Permintaan gurami konsumsi tinggi. Ambil contoh Pondok Gurami di Depok, Jawa 
Barat. Restoran itu rata-rata menghabiskan 50-100 kg/hari gurami. Jumlah itu 
meningkat 100% saat hari libur. Di Jakarta ada 4 gerai Pondok Gurami dengan 
tingkat serapan relatif sama. Restoran lain Pondok Laras di Jalan Akses UI dan 
Warung Daun di Jakarta masingmasing menyerap 25-50 kg/hari.

Belum lagi permintaan pasar swalayan seperti Giant, Carrefour, Tops, dan 
Matahari. Gerai Matahari di Depok-menurut Iwan S, staf pengadaan-membutuhkan 3 
kuintal gurami/minggu. Jakarta diperkirakan butuh sekitar 15 ton per hari dan 
susah terpenuhi, ujar Indra Setiawan, pemasok di Jakarta. Prakiraan itu naik 
50% dibandingkan 4 tahun lalu, sekitar 10 ton/hari. Peningkatan itu tidak lepas 
dari menjamurnya restoran, rumah makan, dan jasaboga, yang menyajikan menu 
gurami.

Kebutuhan 40 ton gurami/bulan yang masuk kepada 30 peternak di Desa Mangunreja, 
Tasikmalaya, pun tidak terpenuhi. Padahal permintaan itu hanya untuk mengisi 
pasar di Tasikmalaya. Mereka hanya mampu memasok 15 ton/bulan. Kalau dihitung 
dengan permintaan dari Bandung 20 ton/bulan, total 60 ton/bulan yang perlu ada, 
ujar H. Aos Koswana di Mangunreja, Tasikmalaya. Itu juga yang terjadi di 
Blitar, Cilacap, Parung, Tulungagung, Kediri, dan Yogyakarta. Pandemi flu 
burung yang terjadi pertengahan 2005 turut andil memperdalam jurang kebutuhan. 
Sebagian orang masih memilih jalan aman dengan mengkonsumsi ikan, ujar Akhmad 
Munajat.

Segmentasi
Wanginya bisnis gurami tidak hanya dirasakan peternak pembesar. Peternak yang 
khusus memproduksi benih ikut terciprat rejeki. Mereka memproduksi mulai dari 
telur hingga ukuran bungkus rokok.

Peternak pendeder tidak perlu khawatir kesulitan memasarkan. Semua ukuran ada 
pembelinya, ujar Dedi Dahlan, peternak di Singaparna, Tasikmalaya. Peternak 
dapat menjual benih kecil ukuran 1-2 cm sebulan kemudian. Bila harga jatuh ia 
dapat menahan sampai ukuran lebih besar, mulai dari ukuran biji oyong (umur 30 
hari); ukuran bungkus korek (umur 70 hari); dan ukuran tampelan (umur 90 hari)

Sebut saja Sarjimin di Desa Watuagung, Sumpiuh, Kabupaten Banyumas. Ayah 2 
putra itu membeli 200.000 telur seharga Rp25/telur senilai Rp4-juta. Setengah 
populasi dibesarkan hingga seukuran biji oyong, umur 30 hari. Sisanya ditahan 
sampai ukuran bungkus korek, umur 70 hari.

Dengan persentase kematian rata-rata 50% dalam 30 hari pertama, Sarjimin sudah 
mengantongi Rp7,5-juta. Itu hasil penjualan 50.000 benih ukuran biji oyong 
Rp150/ekor. Dipangkas biaya perawatan sebesar Rp40/ekor, pria 42 tahun itu 
meraup laba bersih Rp5,5-juta. Pundi-pundinya bakal menggembung lagi saat 
menjual benih ukuran bungkus korek. Dengan keuntungan bersih mencapai 
Rp300/ekor berarti diperoleh laba tambahan Rp15- juta. Peternak yang berminat 
membeli benih ukuran biji oyong pada Sarjimin pun mesti inden.

Keuntungan menggiurkan itu yang menggiring 90% dari 300 peternak gurami di 
Bantul menerjuni bisnis pendederan. Bermodal Rp1-juta mereka membeli 10.000 
benih ukuran 1 cm. Dengan tingkat kelulusan hidup 80% hingga ukuran bungkus 
korek dan harga jual Rp1.000/ekor, diperoleh pendapatan Rp8-juta. Setelah 
dikurangi pengeluaran untuk pakan, obat, dan tenaga kerja, sekitar Rp3,75-juta, 
laba Rp4,25-juta dituai.

Menurut Sukaryani, peternak di Desa Tlogo, Kanigoro, Blitar, puncak permintaan 
benih biasa terjadi setiap Desember, Januari, dan Februari, setelah musim 
pancaroba. Banyak peternak di sentra-sentra gurami saat itu menebar ikan. Di 
tiga bulan itu, Karyo-sapaan akrab Sukaryani-bisa menjual 50.000/minggu ukuran 
bungkus korek ke Tulungagung, Pare, Jombang, dan Jember. Permintaan lain dari 
peternak di Jawa Tengah dan Jawa Barat tidak terlayani.

Selusin kendala
Namun, di balik gurihnya bisnis gurami tersimpan rasa pahit yang bisa 
menjungkalkan peternak. Kualitas air tetap kunci utama keberhasilan budidaya. 
Idealnya pH air berkisar 6,5--7. Penurunan pH membuat ikan stres. Pada saat 
kondisi air lebih asam, amoniak hasil dekomposisi sisa-sisa pakan dan kotoran 
ikan menjadi lebih beracun. Parahnya lagi suasana asam membuat plankton 
membludak lalu menjadi kompetitor penyerap oksigen. Tak heran bila penurunan pH 
diiringi menggeleparnya ikan ke permukaan air.

Serangan penyakit yang diduga herpes membuat Sukaryani kelimpungan. Kalau kena 
susah diobati, ujarnya. Ikan yang semula terlihat sehat tiba-tiba merangsek ke 
permukaan air, lalu mati. Karena serangan itu Sukaryani pernah merugi di atas 
Rp10-juta. Menjangkitnya tuberculosis gurami juga momok. Akhmad Suheri peternak 
di Desa Beji, Kedungbanteng, Banyumas, mengurut dada saat 6.000 benih ukuran 6 
cm mati dilahap bakteri Mycobacterium sp itu. Dengan harga jual Rp250/ekor, 
Rp1,5-juta pun hangus.

Momok lain ialah hujan. Limpahan air dari kemurahan alam itu menyebabkan 
kualitas air berubah. Akibatnya sungguh mengerikan. Rusli Susilo merelakan 
20.000 benih ukuran biji oyong mati dalam waktu semalam. Masalahnya sepele, ia 
lupa menutup kolam pembenihan ketika hujan datang mengguyur.

Munculnya benih kuntet juga merusak impian peternak. Benih seperti itu tidak 
akan tumbuh besar, padahal makannya rakus. Ukuran tubuh yang kecil membuat 
harga merosot setengahnya. Jutaan rupiah potensial hilang akibat kehadiran 
benih kuntet.

Harga pakan naik
Pakan yang menempati pos pengeluaran terbesar sekitar 40% menjadi sandungan 
lain. Kenaikan harga BBM otomatis membuat harga pakan terdongkrak hingga 30%. 
Satu sak pakan-25 kg--kualitas nomor 1 dari semula Rp104.000 kini mencapai 
Rp140.000. Akibatnya biaya produksi yang Rp9.000/kg kini menembus 
Rp12.000/kg-Rp13.000/kg. Di Bogor, sejumlah peternak tradisional gulung tikar 
gara-gara tidak sanggup membeli pakan. Yang masih bertahan menyiasat nya dengan 
memakai pakan kualitas nomor 2. Risikonya, umur panen tampelan molor hingga 6 
bulan.

Tipu muslihat saat penimbangan juga patut dicermati. Simak saja pengalaman 
Jumadi, peter nak di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul. Hasil panen 
sebanyak 380 kg, menguap 80 kg ketika ditimbang pedagang. Artinya, dengan harga 
Rp18.000/kg, Rp1,44-juta hilang persis di depan mata ketua Kelompok Petani Ikan 
Gumegrah itu. Dengan 500 kg pakan dan FCR 1:3, Jumadi hakul yakin memperoleh 
panen 380 kg. Itu mah tergantung hati nurani pedagang, biasanya kalau nakal 
berat 1 kuintal rata-rata bisa hilang 20 kg, ujar H. Adung, pengepul di Desa 
Babakan, Kecamatan Kemang, Bogor.

Gurami gampang stres. Bunyi pesawat bahkan kilatan petir sanggup membuatnya 
kaget hingga malas makan. Pertumbuhan pun terhambat. Penebaran padat di luar 
pakem untuk tampelan, 5 ekor/m2 membuat ikan berebut naik ke permukaan untuk 
menjerat oksigen bebas. Kejadian itu biasa berlaku antara pukul 23.00-05.00. 
Bila dibiarkan keseragaman bobot panen tidak tercapai. Untung saja ada 
teknologi oksigenisasi karya Sujudi, peternak di Desa Glempang, Kecamatan Maos, 
Cilacap. Musibah itu kini terelakkan.

Cerita klasik rugi karena tidak dibayar juga membayangi peternak. Contoh yang 
menimpa Sujudi 4 tahun lalu. Pengiriman ikan masing-masing senilai Rp11-juta 
dan Rp14-juta ke satu restoran di Bandung hingga kini belum dibayar. Ditagih 
berkali-kali mereka selalu mengelak, ujarnya. Karena bosan menagih, Sujudi 
sudah merelakan duit senilai Rp25 juta itu hilang.

Pasar terbentang
Jika aral urung menghadang, peternak bakal menuai sukses seperti kisah Tony dan 
Rusli di atas. Pantas bila penyebaran usaha gurami kian meluas. Data Dinas 
Perikanan Banyumas menunjukkan, terjadi penambahan luas areal pembesaran 
sebesar 2% per tahun sejak 1998. Sampai pertengahan 2005, areal pembesaran 
tercatat seluas 402 ha yang dikelola 22 kelompok tani.

Menurut Untoro, konsultan guba-aplikasi teknologi budidaya-di Yogyakarta, sejak 
2004, 50-70% peternak lele berubah haluan menjadi pembudidaya gurami. Siapa 
yang tidak tergiur dengan luas kolam 400 m2 dan modal Rp15-juta, dalam 4 bulan 
bisa mendapat Rp27-juta, ujar Untoro yang kini getol mensosialisasikan teknik 
guba dengan nutrisi pemacu tumbuh.

Celah antara kebutuhan konsumen dan kemampuan produksi peternak pun menunggu 
diisi. Chandra Onggo Sanusi, pemasok rumah makan di Surabaya dan Denpasar, 
Bali, blingsatan mencari 500 kg/hari. Untuk itu ia sampai turun tangan langsung 
menyambangi peternak di Tulungagung, Nganjuk, dan Kediri. Susah Mas cari barang 
sekarang. Seringkali kosong, kata pemilik PT Samakta Adimina itu saat dihubungi 
per telepon oleh Trubus. Apalagi kini ia pun mesti memenuhi permintaan dari 
Jayapura dan Kalimantan Barat.

Hingga pertengahan tahun, produksi di Parung, Bogor, masih sanggup memenuhi 
permintaan dari Jakarta. Belakangan pasokan itu turun hingga 1 ton/bulan. Untuk 
menombok kekurangan para pemasok berburu gurami sampai Kediri, Jawa Timur. 
Setiap minggu 7 kuintal dari Kediri masuk ke sini, ujar Ojang, bandar di Desa 
Petir, Kabupaten Bogor. Setiap bulan Ojang membutuhkan 5 ton untuk memenuhi 
permintaan pelanggannya.

Celah pasar itulah yang membuat harga gurami konsumsi ajek di atas sejak 2000. 
Sekilo gurami di Kolam di Parung, Bogor, mencapai Rp20.000/kg; Jawa Tengah dan 
Jawa Timur Rp17.000-18.000/kg. Harga itu rata-rata naik 15-20%. Menurut Akmad 
Munajat, harga itu diperkirakan bertahan hingga 2-3 tahun ke depan.

Untuk mencegah permainan pasar yang mungkin terjadi akibat perbedaan harga, 
sejak 2002 dibentuk forum gurami atas prakarsa Departemen Perikanan dan 
Kelautan. Forum beranggotakan peneliti, peternak, dan pedagang, itu diharapkan 
dapat menciptakan kondisi kondusif dari hulu ke hilir. Dengan jaminan itu, 
duri-duri kendala di usaha gurami bakal tergantikan dengan laba-laba 
menggiurkan. (Dian Adijaya S/Peliput: Sardi D, Destika Cahyana, Lakstioro A, 
Lasksita W, Hanni Sofia)

Minggu, 01-Januari-2006, 18:09:27
© 2006 trubus






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Everything you need is one click away.  Make Yahoo! your home page now.
http://us.click.yahoo.com/AHchtC/4FxNAA/yQLSAA/LIjxlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

REKOMENDASI MILIS:
http://groups.yahoo.com/group/hatihatilah
http://groups.yahoo.com/group/relasimania
http://groups.yahoo.com/group/ebookmaniak
http://groups.yahoo.com/group/agromania
http://groups.yahoo.com/group/katasibijak
http://groups.yahoo.com/group/mobilemaniak
http://groups.yahoo.com/group/indogitar
http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu
http://groups.yahoo.com/group/satuXsatu

TIPS PENCARIAN DI GOOGLE:  daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis, 
daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori 
agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun, 
taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian, 
makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji, 
kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura, 
sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek, 
minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa, 
durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir 
/ importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen, 
wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan 
bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga, 
pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, agroindustri, agro 
indonesia. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/agromania/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke