Cari Jejak Perutak di Siberut

Rintik gerimis yang jatuh dari langit Kepulauan Mentawai tiba-tiba saja menggarang. Air hujan seperti ditumpahkan dari angkasa. Angin badai mendorong gelombang laut hingga setinggi 2 m. Sebuah speed boat berkapasitas 20 penumpang terseok-seok mencoba menembus gulungan ombak. Lima belas menit berselang, saat gempuran air kian menghebat, 2 mesin perahu tiba-tiba mati. Bibir 6 penumpang terkatup. Hanya gurat kecemasan dan ketakutan terlukis di wajah mereka. Berkat kepasrahan dan lindungan Illahi, ekplorasi sarang semut di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, bisa dilanjutkan.

Dengan ketenangan luar biasa, Janthi, pemilik speed boat berusaha menghidupkan mesin berkekuatan 40 PK. Beruntung di saat kritis 1 mesin berhasil dihidupkan. Sebuah empasan ombak yang hampir menghabisi jiwa pun bisa dihindarkan. Perjalanan menyusuri Pantai Siberuttermasuk wilayah perairan Samudera Hindiadari Pokai, Siberut Utara, menuju Tiniti yang semestinya ditempuh 3 jam molor hingga 5 jam. Dua speed boat yang berjalan beriringan pun terpaksa berlabuh di 2 tempat berbeda. Keduanya terpisah sejauh 7 km. Perjalanan ke Muaratakungan terpaksa ditunda.

Selama 5 hari 5 malam gempuran badai dan hujan deras tak kunjung usai. Lima penelitidari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Conservation Internasional Indonesiayang berlabuh di Tiniti terpaksa menginap di pondokan Janthi. “Kita seperti terdampar di pulau asing. Hanya selembar pakaian yang menempel di tubuh yang menemani. Semua perlengkapan dan peralatan di perahu yang lain,” kata Dr Tukirin Partomiharjo, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, Bogor.

Hampir setiap hari, ombak pantai mengganas. Biji bintaro dan nipah terlihat terdampar di pasir di tepian pantai. Namun, tak satu pun terlihat pohon-pohon penciri pantai perawan itu. “Ternyata keragaman pantai sudah menipis,” ujar Tukirin, doktor dari Universitas Kagoshima, Jepang, itu. Pantai Tiniti yang labilrusak akibat eksploitasi hutantampak gersang. Tak ada hutan bakau sebagai ciri pantai perawan yang stabil. Hanya tanaman perintis alami seperti cemara laut yang tumbuh. Barisan kelapa yang ditanam penduduk terlihat berjejer.
Muaratakungan

Lima hari berselang, badai mereda. Perahu yang mengangkut peralatan tiba. Perjalanan dilanjutkan menuju Muaratakungan dengan berjalan kaki di atas tanah alluvial selama 2 jam. Dari muara, perahu yang sejak tadi mengikuti dengan menyisir pantai, kembali dinaiki menuju hutan Takungan. Jarak antara muara dengan hutan pedalaman yang dituju sekitar 3 km. Dalam perjalanan itu sesekali melintas satwa endemik Kepulauan Mentawai. Sebut saja siamang kerdil, monyet ekor babi, beruk mentawai, dan lutung mentawai.

Keesokan harinya, eksplorasi flora pun dimulai. Tukirin menyisiri hutan milik Janthi yang luasnya di atas 100 ha. Maklum, hutan di Pulau Siberut tak dimiliki negara, tetapi dikuasai oleh penduduk setempat. Alumnus Jurusan Biologi Universitas Jenderal Soedirman itu berjalan sejauh radius 3 km ke-8 penjuru mata angin. Di situlah Tukirin melihat sarang semut Myrmecodia sp menempel di batang-batang pohon.

Pemandangan di Pulau Siberut tampak berbeda dengan di Papua. Di ujung timur Indonesia, perutaksebutan sarang semut di Semenanjung Malaysiatumbuh menempel di pohon-pohon hutan primer. “Di Papua, myrmecodia menempel di pohon tua yang hampir lapuk,” ujar Tukirin. Di Kepulauan Mentawai, anggota keluarga Rubiaceae itu berasosiasi dengan pohon sekunder hingga primer. Tukirin melihat, sarang semut hidup di pohon terentang, sengon, dan akasia. Beberapa pohon nipah yang ditemui di pinggir sungai pun tampak ditumbuhi sarang semut.

Satu jenis
Usai pengamatan di Takungan selama 5 hari, rombongan kembali ke daerah Tiniti pedalaman. Seperti diduga, pemandangan hampir serupa di Takungan pun ditemukan. Umbi-umbi sarang semut sebesar bola takraw menempel dan menggantung di pepohonan. “Kadang-kadang, tak sampai 20 m kita sudah bertemu lagi sarang semut,” kata Tukirin.

Populasi sarang semut di Pulau Siberut itu cukup mengagetkan Tukirin. Pasalnya, studi literatur sebelum keberangkatan tak ada yang menyebutkan Siberut kaya sarang semut. “Ini menjadi laporan baru,” ujar kurator anggota famili Rubiaceae itu. Dari pengamatan Tukirin, seluruh sarang semut yang tersebar di Takungan dan Tiniti berjenis sama: Myrmecodia tuberosa. Diduga sarang semut juga menyebar ke Kepulauan Mentawai lain. Sebut saja Pulau Batu, Pulau Pageh, dan Pulau Sipora.

Sayang, sebaran sarang semut yang melimpah di Kepulauan Mentawai itu tak diamati oleh penduduk setempat. “Mereka menganggapnya tanaman hutan biasa. Tak ada yang memanfaatkan,” ujar Tukirin. Itu berbeda dengan penduduk Papua yang akrab dengan sarang semut sebagai obat tradisional sejak 3 generasi lalu. Toh, perjalanan yang hampir merenggut nyawa itu tetap berkesan. Ternyata Pulau Siberutdan pulau lain di Kepulauan Mentawaiyang masih perawan kaya sarang semut dan plasma nuftah lain. Semoga rusaknya bibir pantai Tiniti akibat penebangan liar tak terulang di hutan lain yang masih menghijau. (Destika Cahyana)

Kamis, 01-Juni-2006, 12:34:06
© 2006 trubus





REKOMENDASI MILIS:
http://groups.yahoo.com/group/hatihatilah
http://groups.yahoo.com/group/relasimania
http://groups.yahoo.com/group/ebookmaniak
http://groups.yahoo.com/group/agromania
http://groups.yahoo.com/group/katasibijak
http://groups.yahoo.com/group/mobilemaniak
http://groups.yahoo.com/group/indogitar
http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu
http://groups.yahoo.com/group/satuXsatu

TIPS PENCARIAN DI GOOGLE:  daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis, daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun, taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian, makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji, kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura, sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek, minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa, durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir / importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen, wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga, pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, agroindustri, agro indonesia.




SPONSORED LINKS
Studio Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke