Sekali-kali coba tanyakan pada warga Madura perantauan. Seberapa subur tanah kelahiran mereka di ujung timur Pulau Jawa. Pasti hampir semuanya sepakat menjawab, tanah Madura kering kerontang, keras, dan tak layak buat pertanian. Namun, sebutlah salak bangkalan sebagai pertanyaan terakhir. Acungan jempol bakal mereka layangkan untuk memuji. Wow, itu salak kebanggaan kami. Rasanya tak kalah dengan pondoh yang terkenal, kata Ahmad Fathurahman, warga Madura perantauan di Jakarta.
Rasa salak bangkalan memang tak diragukan lagi. Beberapa pengusaha agribisnis yang Trubus temui juga mengakui. Sebut saja Hariyanto, pengusaha bibit buah dan tanaman perkebunan di Mojokerto, Jawa Timur. Itu salak yang paling saya sukai. Dia amat terkenal di Jawa Timur, ujarnya. Pun Doddy Baswardojo, pekebun jeruk kalamansi di Bengkulu. Bila benar-benar tua, rasanya lebih manis ketimbang pondoh, katanya.
Penasaran dengan nama kondang salak bangkalan, Trubus menyempatkan diri menyeberangi Selat Madura pada penghujung Desember 2005. Baru saja melewati jalan lintas Kamal-Bangkalan sejauh 15 km ke arah utara, hutan salak di kiri-kanan jalan menyambut pelancong yang datang. Jumlah tanaman salak semakin banyak seiring perjalanan ke pusat kota.
Di desa di tepi Selat Madura itu bayangan tentang Pulau Garam (sejak dulu Madura terkenal sebagai penghasil garam, red) yang kering kerontang dan panas langsung tumbang. Di daerah yang hanya berketinggian 3 m dpl itu teriknya sinar matahari tak terasa, malahan bisa dikatakan sejuk.
Batang-batang salak yang rimbun menutupi jalanan kecil yang menghubungkan setiap kampung. Jauh sekali dari panas teriknya suasana pantai dan pesisir pada umumnya. Menurut Greg Hambali, pakar botani dan kolektor salak dari Bogor, secara mikro beberapa desa di Kabupaten Bangkalan memang cenderung basah sehingga cocok untuk tanaman salak. Itu karena kedalaman air tanah sangat dangkal.
Empat jenis
Perburuan mencari salak bangkalan tak sia-sia. Beberapa pohon salak yang dilewati sedang berbuah. Di kediaman Saniyah, ketua Kelompok Tani Ambudi Makmur, salak bangkalan disuguhkan. Ternyata, nama bangkalan sebutan semua Salacca zalacca yang tumbuh di Bangkalan. Minimal terdapat 4 varietas salak di Bangkalan: yaitu se'nase, penjalin, manggis, dan kerbau. Nama-nama itu sudah mengakar di masyarakat Bangkalan (baca: Salak Paling Enak di Bangkalan, Trubus Februari 1991).
Menurut Ir Puguh Santoso MMA, dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangkalan, varietas se'nase dan penjalin paling enak. Trubus mencicipi sendiri. Rasa manis se'nase segera menyergap lidah. Anggota famili Arecaceae itu juga masir. Butiran seperti gula pasir terlihat bila buah dibelah. Warna kulit agak kecokelatan. Ukuran sedang, sekilo berisi 7-12 buah.
Penjalin manisnya lebih lengket di lidah. Sayang ukuran buah kecil, sekilo berisi 15-20 buah. Warna buah menarik karena agak kekuningan mirip penjalin alias rotan. Dari situlah namanya muncul. Populasi tanaman penjalin pun sedikit dibandingkan dengan se'nase, hanya 20% dari total populasi. Sementara varietas manggis, manis agak pahit dan kerbau manis sepet. Jumlah se'nase mencapai 40% dari populasi.
Dari keunggulan buah dan sebaran populasi, salak se'nase paling layak diusulkan sebagai varietas unggul. Itu dikuatkan oleh hasil penelitian Dr Ir Tri Sudaryono MS, peneliti salak dari BPTP. Berdasarkan analisis uji fenetik berbagai varietas salak di Jawa Timur, se'nase mempunyai hubungan kekerabatan paling jauh. Misal dengan suwaru malang yang dilepas sebagai varietas unggul pada 1991. Artinya se'nase pantas dikelompokkan sebagai varietas baru.
Jasa santri
Meski nama salak bangkalan begitu terkenal, tak ada yang tahu persis penanam pertamanya. Toh, cerita dari mulut ke mulut bisa memberikan gambaran. Almarhum KHM Cholil bin Abd Latif, pendiri pondok pesantren Mertajasah Bangkalan, dipercaya sebagai perintis penanaman kerabat kelapa sawit itu di sana. Ulama kharismatik itu sangat mencintai salak.
Ia kerap menugaskan para santri untuk merawat kebun salak di sekitar pondok. Santri yang merupakan penduduk setempat kerap mendapat oleh-oleh buah salak. Bijinya ditanam di rumah sehingga penanaman salak meluas. Bahkan, beberapa salak di Jawa Timur seperti wedi di Bojonegoro, kersikan di Pasuruan, dan suwaru di Malang diyakini bibitnya berasal dari Bangkalan oleh santri yang pernah mondok di sana (baca: Pondoh di Sleman, Wedi di Bojonegoro, Trubus Juli 2005).
Namun, kabar itu disangsikan oleh Greg Hambali. Menurutnya, yang mungkin terjadi justru sebaliknya. Salak bangkalan mirip dengan salak jawa. Yang mungkin salak dari Jawa masuk ke Bangkalan. Di Madura sedikit sekali ditemukan penyerbuk alami, katanya. Maklum, salak jawa terkenal sebagai tanaman berumah dua. Satu tanaman hanya memiliki 1 organ reproduksi. Artinya, tanaman jantan dan betina terpisah. Kebun salak komersial hanya bisa berbuah bila penyerbukan dibantu manusia. Peran penyerbuk alami sangat sedikit.
Tengah kota
Terlepas dari itu, hampir semua sepakat pengembangan snake fruit itu dimulai dari sebuah kampung bernama Pesalakan. Boleh dikatakan letaknya persis di jantung kota. Dari situ ia menyebar ke daerah sekitar hingga mengubah wajah Bangkalan menjadi hutan salak.
Pengamatan Trubus saat berkeliling kota Bangkalan, saat ini jumlah perumahan dan kebun salak hampir berimbang. Karena letaknya yang di tengah kota itu banyak kalangan khawatir salak bangkalan bakal punah. Penelitian kami menyimpulkan setiap tahun terjadi pengurangan 100-ribu rumpun salak bangkalan. Itu setara dengan 50 ha, kata Tri Sudaryono.
Sebetulnya konvensi lahan dari hutan salak menjadi perumahan atau perkantoran tak masalah selama disediakan lahan pengembangan alternatif oleh Pemda setempat. Yang perlu diperhatikan, kondisi iklim mikro wilayah pengembangan itu harus mirip dengan suasana tengah kota.
Gayung pun bersambut, Pemerintah Daerah Bangkalan di bawah pimpinan KH Fuad Amin, kini berusaha menyelamatkan salak bangkalan. Namanya diusulkan diganti dengan nama salak kramat. Kramat diambil dari nama desa yang paling gencar mengembangkan salak bangkalan. Kita tinggal menunggu peta kesesuaian lahan untuk pengembangan lanjutan, tutur Ir Moch Fatich Murtadlo Msi, kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangkalan. Dengan begitu, kebanggaan warga Pulau Garam itu bakal berumur panjang. (Destika Cahyana)
Trubus 435 - Februari 2006/XXXVII
Senin, 20-Februari-2006, 12:57:38
© 2006 trubus
REKOMENDASI MILIS:
http://groups.yahoo.com/group/hatihatilah
http://groups.yahoo.com/group/relasimania
http://groups.yahoo.com/group/ebookmaniak
http://groups.yahoo.com/group/agromania
http://groups.yahoo.com/group/katasibijak
http://groups.yahoo.com/group/mobilemaniak
http://groups.yahoo.com/group/indogitar
http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu
http://groups.yahoo.com/group/satuXsatu
TIPS PENCARIAN DI GOOGLE: daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis, daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun, taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian, makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji, kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura, sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek, minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa, durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir / importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen, wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga, pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, agroindustri, agro indonesia.
SPONSORED LINKS
Studio | Indonesian languages | Indonesian language learn |
Indonesian language course |
YAHOO! GROUPS LINKS
- Visit your group "agromania" on the web.
- To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
- Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.